571 SPESIES TUMBUHAN TELAH PUNAH, KABAR BURUK UNTUK SEMUA MAKHLUK HIDUP DI BUMI
“Kebanyakan orang dapat menyebutkan mamalia atau burung yang telah punah dalam beberapa abad terakhir, tetapi hanya sedikit orang yang dapat menyebut satu jenis tumbuhan yang sudah punah,” – Aelys Humphreys
Tumbuhan merupakan spesies yang menjadi tulang punggung bagi ekosistem dunia. Bukan tanpa fakta, hampir semua makhluk hidup di bumi sangat bergantung kepada spesies tumbuhan. Tumbuhan menyediakan oksigen untuk kita hirup dan makanan untuk kita makan. Karena fungsinya yang sangat penting, jika terdapat satu jenis tumbuhan punah, maka hal tersebut akan menjadi kabar buruk untuk semua spesies makhluk hidup di Bumi. Namun data mengenai status konservasi tumbuhan masih terbatas jika dibandingkan dengan kelompok hewan.
Berdasarkan penelitian Humphreys et al. dengan judul Global dataset shows geography and life form predict modern plant extinction and rediscovery yang dipublikasi dalam Jurnal Nature Ecology & Evolution, sebanyak 571 spesies tumbuhan telah punah dalam kurun waktu 250 tahun terakhir. Jumlah tersebut lebih dari 2 kali lipat dari kepunahan yang terjadi pada kelompok burung, mamalia, dan amfibi (tercatat dengan total 217 spesies). Laju kepunahan ini lebih cepat 500 kali lipat dari yang seharusnya. “Ini jauh lebih banyak daripada yang kita ketahui dan jauh lebih banyak dari yang seharusnya punah” kata Dr. Maria Vorontsova. Terdapat hal yang lebih buruk, yakni laju kepunahan 500 kali lipat tersebut hanyalah perkiraan kasar. Pada kenyataannya, laju kepunahan tumbuhan saat ini dapat melebih perkiraan 500 kali lipat.
Selain mendata jenis-jenis tumbuhan apa saja yang telah punah, riset ini juga menggunakan pendekatan evolusi/phylogeny. Dihasilkan bahwa jenis-jenis yang punah tersebut tidak memiliki pola atau kecenderungan menjadi satu kelompok, melainkan tersebar secara merata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepunahan berlaku untuk setiap spesies dalam tiap kelompok evolusi. Namun untuk pola persebaran kepunahan dapat diketahui. Tempat dengan perubahan kawasan hutan dan pembangunan kota yang pesat memiliki tingkat kepunahan yang cukup tinggi. Misalnya Pulau Hawaii, Provinsi Cape Afrika Selatan, dan Pulau Mauritius memiliki jumlah kepunahan spesies tertinggi, yaitu 79, 37, dan 32 spesies. Indonesia sebagai negara berkembang termasuk ke dalam kategori daerah dengan 3-10 spesies tumbuhan punah.
Meski 571 spesies tumbuhan diketahui telah punah dalam 2,5 abad terakhir, ada harapan lain yang muncul dari hasil riset ini. Dalam riset ini para peneliti menemukan kembali 430 spesies tumbuhan yang sebelumnya dianggap telah punah. Namun para peneliti memberi catatan, 90 persen tumbuhan yang ditemukan kembali ini memiliki risiko kepunahan yang tinggi !.
Sebuah tumbuhan hias yang dianggap telah punah pada tahun 1950 telah ditemukan kembali pada tahun 2001. Tumbuhan tersebut adalah Krokus Chili, Tecophilaea cyanocrocus Leyb, yang mengalami eksploitasi besar-besaran untuk diekspor ke berbagai negara, terutama ke Eropa. T. cyanocrocus memiliki bunga biru kobalt dengan pangkal korola berwarna putih, beraroma, dan tumbuh dari organ penyimpanan yang dikenal sebagai umbi.
Penyebab utama kepunahan kelompok tumbuhan adalah perusakan habitat oleh manusia berupa penebangan pohon skala besar dan perubahan fungsi kawasan hutan menjadi lahan pertanian atau tempat tinggal. Misalnya Sartidia perrieri (A.Camus) Bourreil, tumbuhan endemik Madagascar, yang hanya ditemukan satu kali pada tahun 1914 di tempat pengoleksiannya. Ketika dilakukan eksplorasi kembali, sekarang daerah tersebut banyak ditemukan ternak pemakan rumput, kebakaran, dan ladang padi. Sudah terlambat untuk menyelamatkan S. perrieri. Ketika satu jenis makhluk hidup punah, itu adalah kerugian yang tidak ternilai.
Para ilmuwan berpendapat, memahami lebih dalam mengenai tumbuhan mana saja yang sudah punah dapat membantu upaya konservasi perlindungan berbagai spesies. Tidak hanya spesies tumbuhan, namun semua spesies. Hasi riset ini dapat membantu manusia untuk memprediksi dan mencegah ancaman kepunahan tumbuhan dan organisme lain di masa depan.
Penulis: Reza Saputra (Calon Pengendali Ekosistem Hutan)
Referensi:
Humphreys, A.M., R. Govaerts, S.Z. Ficinski, E.N. Lughadha & M.S. Vorontsova. Global dataset shows geography and life form predict modern plant extinction and rediscovery. Nature Ecology and Evolution (3): 1043-1047, DOI: 10.1038/s41559-019-0906-2