TUTUP SASI: TRADISI ADAT MASYARAKAT RAJA AMPAT DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN

Raja Ampat, 3 November 2019. Upaya pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat Raja Ampat sudah di laksanakan sejak dulu. Hal ini  dibuktikan dengan salah satu budaya masyarakat Raja Ampat yang melarang pengambilan hasil-hasil potensi tertentu dengan atau tanpa merusak lingkungan. Kegiatan larangan pengambilan hasil-hasil potensi ini oleh masyarakat Raja Ampat di kenal dengan sebutan ”SASI”. Sasi merupakan suatu tradisi masyarakat negeri di Raja Ampat, untuk menjaga hasil-hasil potensi tertentu dari alam. Bila sasi dilaksanakan, maka masyarakat dilarang untuk mengambil hasil potensi alam tersebut.

Peranan sasi memungkinkan sumber daya alam untuk terus menerus tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain, sumber daya alam hayati dan nabati perlu di lestarikan dalam suatu periode ter- tentu untuk memulihkan pertumbuhan dan per- kembangan demi tercapainya hasil yang memuaskan (W. Pattanama & M.Patipelony, 2003).

Berdasarkan latar belakang tersebut masyarakat Kawe asal Kampung Selpele dan Salio, yang wilayah adatnya merupakan bagian dari Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, menyelenggarakan acara tutup sasi terhadap biota laut seperti teripang, lola, lobster, kima, dan penyu pada tanggal 03 November 2020.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Adat Suku Maya, Plt Bupati Raja Ampat, Kapolres Raja Ampat, Kasad Polisi Air Raja Ampat, BKKPN Kupang Wilker Raja Ampat, PSDKP Wilker Raja Ampat, Blud KKPD Raja Ampat, Balai Besar KSDA Papua Barat, Yayasan Terumbu Karang Indonesia, Fauna Flora International dan Yayasan Nazaret Papua.

Kegiatan diawali dengan melakukan serangkaian ritual ibadah Tutup Sasi yang dipimpin oleh Ketua Klasis Raja Ampat Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Pdt. Cristofel Padwa. Proses ibadah berlangsung dengan hikmat. Selanjutnya, biota – biota yang di Sasi diberikan masyarakat kepada  para undangan dengan melakukan serangkaian proses penyerahan menggunakan bahasa daerah masyarakat Kawe. Lalu, dibawa ke pinggi pantai untuk dilepaskan kelaut yang diiringi oleh Suling Tambur.

Setelah proses pelepasan biota – biota ke laut, Plt Bupati Raja Ampat Bapak Manuel Pieter Urbinas, menyampaikan dalam isi sambutannya bahwa Tutup Sasi ini sangat penting bagi masyarakat Raja Ampat khususnya masyarakat Kawe karena Tutup Sasi ini merupakan upaya pelestarian lingkungan untuk menjaga keberlangsungan biota laut agar bisa dinikmati hingga anak cucu kelak. Selain itu, Koordinator BKKPN Kupang Wilker Raja Ampat Bapak Muhammad Ramli.

Firman menegaskan bahwa Tutup Sasi ini merupakan “Ujung Tombak” masyarakat Raja Ampat dalam menjaga wilayah laut yang ada agar tidak dirusak oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Pada kesempatan ini juga, salah satu tokoh adat masyarakat Kawe Bapak Marten Ayelo mengatakan Tutup Sasi ini bertujuan untuk mendapatkan hasil laut yang lebih baik lagi. Tutup Sasi yang dilakukan sudah yang ke tiga kalinya. Berbeda dari Tutup Sasi sebelumnya pada Tutup Sasi kali ini diluncurkan “Peraturan Kampung” yang diprakarsai oleh Bapak Kristian Thebu selaku Ketua Adat Suku Maya mengenai perlindungan sumber daya alam hayati di Wayag dan perairan sekitarnya. Diharapkan dengan adanya Peraturan Kampung ini semakin memperkuat Tutup Sasi yang telah dilakukan. Apabila para proses berjalannya Tutup Sasi terjadi pelanggaran, maka akan ditindak sesuai dengan Peraturan Kampung yang ada melalui sidang adat. Sebagai bentuk dukungan pada kegiatan ini, dilakukan aksi penandatanganan dukungan Tutup Sasi oleh seluruh hadirin.

Daftar Pustaka

  1. Pattinama, dan M, Pattipeilohy. ”Upacara Sasi ikan Lompa di Negeri Haruku.” Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2003.

Penulis: Muhammad Wahyu Hasibuan (PEH BBKSDA Papua Barat)