MEKANISME PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR TWA GUNUNG MEJA OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN
TWA Gunung Meja merupakan salah satu kawasan konservasi dengan fungsi sebagai sarana wisata alam yang ditetapkan menjadi salah satu kawasan suaka alam berdasarkan SK Penetapan Kepmenhut No. SK.91/Menhut-II/2012 dengan luasan 460,12 ha. TWA Gunung Meja terletak pada: 134° 03′ 17″ – 134° 04′ 05″ LS dan 0° 51′ 29″ – 0° 52′ 59″ BT. Secara administrasi TWA gunung Meja terletak di Kabupaten Manokwari Porvinsi Papua Barat.
Struktur geologi kawasan TWA Gunung Meja termasuk dalam formasi Befoor (Formasi Manokwari), yang dicirikan oleh adanya daerah tebing karang yang memiliki goa-goa. Sebagian goa-goa tersebut merupakan kali bawah tanah yang mengalirkan air bersih dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai reservoir cadangan air. Saat ini terdapat dua goa reservoir di kawasan Gunung Meja. Selan itu tingginya keanekaragaman flora dan topografi gunung Meja menyebabkan TWA Gunung Meja memiliki banyak mata air yang tersebar baik di dalam kawasan maupun di daerah penyangga kawasan.
Dari hasil inventarisasi potensi sumber daya air di TWA Gunung Meja tercatat 30 titik lokasi pengambilan data yang berada di dalam dan di daerah penyangga kawasan TWA Gunung Meja ditemukan 19 mata air yang terletak di dalam dan di daerah penyangga. Sebanyak 11 mata air yang ditemukan di dalam kawasan dan 4 mata air yang terdapat di daerah penyangga kawasan TWA Gunung Meja. Dari 19 mata air yang ditemukan sebanyak 10 mata air yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi TWA Gunung Meja. Terdapat 5 mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak memiliki bak penampungan, 3 mata air yang belum dimanfaatkan dan 1 mata air yang sudah tidak dimanfaatkan karena mengalami kekeringan.
Pemanfaatan air yang berasal dari TWA Gunung Meja oleh masyarakat di sekitar kawasan dilakukan dengan beberapa mekanisme yaitu masyarakat secara mandiri mengalirkan air dari sumber mata air ke rumahnya dengan menggunakan selang, pipa atau bambu yang dibelah membentuk setengah pipa yang kemudian disambung dengan bambu lainnya sehingga air dapat mengalir ke rumah masyarakat, hal ini banyak dilakukan oleh masyarakat yang berada di sekitar kawasan yang dekat dengan mata air dimana mata air yang dimanfaatkan merupakan mata air yang berada pada daerah yang cukup tinggi dari rumah masyarakat.
Mekanisme yang kedua yaitu dengan swakelola dimana pengambilan air menggunakan mesin air hal ini dilakukan oleh masyarakat kampung yang memanfaatkan mata air dari kawasan yang mata airnya berada di goa bawah tanah yang cukup dalam sehingga untuk mengambil air diperlukan mesin pompa, dalam pengelolaannya setiap masyarakat kampung yang memanfaatkan air perlu membayar biaya sejumlah tertentu yang digunakan untuk membayar biaya listrik dari penggunaan mesin air.
Mekanisme yang ketiga yaitu secara gotong-royong masyarakat membuat bak penampung dengan menggunakan dukungan dana dari pemerintah daerah ataupun gereja, kemudian dari bak penampung dipasang kran-kran air yang langsung mengalir ke rumah masyarakat.
Mekanisme yang keempat yaitu masyarakat memanfaatkan air dengan mendatangi sumber air, pemanfaatan dengan mekanisme ini dilakukan oleh masyarakat di sekitar kampung anggori dan ayambori, masyarakat mengambil air dengan menggunakan ember, jergen atau tempat penampungan lainnya kemudia membawa ke rumah untuk keperluan sehari-hari, sedangkan untuk keperluan mandi dan mencuci masyarakat mandi dan mencuci di sumber air.
Penulis: Meyanti Toding Buak, S.Si (Penyuluh Kehutanan BBKSDA Papua Barat)
Daftar Pustaka
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2021-2031