Anggrek kantung lebih dekat dengan kepunahan dari yang kita duga

IUCN Red List telah melakukan penilaian kepada jenis-jenis anggrek kantung dari berlahan bumi utara yang menunjukkan fakta mengejutkan, bahwa 79% spesies anggrek kantung terancam punah.  – Proffesor Michael F. Fay, Head of Genetics and Chair of the IUCN Orchid Specialist Group.

 

Anggrek Kantung atau Slipper Orchids adalah anggota dari Cypripedioideae, satu dari lima subfamili anggrek, dan kini ada 182 spesies yang diterima secara ilmiah. Genus Paphiopedilum memiliki salah satu ciri unik pada bagian labelum yang termodifikasi menjadi bentuk kantung. Oleh karena itu, kelompok ini umum disebut sebagai Anggrek Kantung.

Anggrek kantung merupakan salah satu anggrek yang populer bagi para hobiis dan pecinta anggrek di seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan anggrek kantung memiliki perbungaan cantik, besar, dan waktu mekar yang cukup lama. Terlepas dari popularitas ini, banyak spesies anggrek kantung yang terancam punah di alam. Seluruh stakeholders, baik nasional maupun internasional yang tergabung dalam IUCN Orchid Specialist Group bekerja sama untuk mencegah mereka agar tidak mengalami kepunahan.

Strategi Global Konservasi Tanaman, IUCN, dan CITES.

Saat ini, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah melakukan penilaian kepada berbagai spesies tumbuhan dan satwa liar. Khusus untuk orchidaceae, sebagian besar kelompok anggrek kantung masuk ke dalam daftar merah IUCN. Anggrek-anggrek tersebut saat ini terancam mengalami kepunahan.

Terdapat 5 genera yang umum disebut sebagai anggrek kantung, yaitu Paphiopedilum Pfitzer, Phragmipedium Rolfe, Selenipedium Rchb.f., Cypripedium L., dan Mexipedium V.A.Albert & M.W.Chase. Cypripedium (52 spesies) adalah genus yang paling luas persebarannya, meliputi Amerika Utara dan Tengah, Eropa dan Asia. Genus Paphiopedilum (sekitar 96 spesies) merupakan spesies asli Asia tropis. Sedangkan genus Phragmipedium (26 spesies) dan Selenipedium (lima spesies) terdapat di Amerika Tengah dan Selatan. Selanjutnya satu-satunya spesies Mexipedium hanya diketahui dari satu lokasi di Oaxaca, Meksiko. Banyak spesies anggrek kantung memiliki distribusi yang sempit, dan spesies tersebut merupakan spesies yang paling berisiko terhadap kepunahan. Misalnya, Paphiopedillum papuanum yang terancam punah dan hanya dikenal dari beberapa populasi yang tersebar di Pegunungan Arfak dan Pegunungan Tengah, Papua. Ancaman pembukaan jalan nasional, pemekaran kampung, dan perubahan fungsi hutan menjadi ancaman serius. Selain itu perburuan spesies ini oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab juga menjadi penyebab turunnya populasi di alam.

Semua jenis anggrek tercantum dalam Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). Sebagian besar termasuk ke dalam Appendix II dan sisanya merupakan Appendix I. Spesies Paphiopedilum dan Phragmipedium termasuk di antara anggrek yang terdaftar pada Appendix I CITES. Perdagangan internasional spesies ini dilarang kecuali jika tujuan impor bukan untuk komersial. Misalnya untuk penelitian ilmiah, atau jika tanaman itu disebarkan secara artifisial. Dalam kasus-kasus yang tidak lazim ini, perdagangan dapat dilakukan dengan catatan hal tersebut telah mendapat izin ekspor dan import. Terlepas dari larangan ini, banyak oknum terancam dipidana karena pengumpulan dan pengiriman secara ilegal.

Red Listing Anggrek Kantung dalam IUCN

Hassan Rankou dari Royal Botanic Garden Kew mengumpulkan semua informasi dalam penilaian anggrek kantung. Beliau bekerja sama dengan rekan-rekan dari berbagai negara di mana anggrek kantung tersebut tumbuh. Sebagai contoh pada tahap pertama penilaian, yaitu untuk semua 52 spesies Cypripedium telah diterbitkan dalam daftar merah IUCN. Hasil penilaian genus Cypripedium membuat pakar anggrek terkejut. Sekitar 79% spesies Cypripedium dikategorikan rentan, dengan rincian 8% Sangat terancam punah (CR), 46% terancam punah (EN), 25% Rentan (VU), dan 9 % Hampir terancam (NT). Sampai saat ini, kelompok anggrek kantung merupakan salah satu kelompok yang paling terancam punah.

Saya pernah menemukan beberapa spesies anggrek kantung, yakni Paphiopedillum gladuliferum di Fakfak dan Raja Ampat. Populasinya sangat kecil, tumbuh di batuan karst, dan mungkin akan banyak orang mengambilnya kalau tahu terdapat spesies itu di tempat tersebut. Sungguh mendebarkan melihat spesies yang indah ini berbunga di alam, tetapi masa depan bagi populasi ini tidak jelas dan pasti.

Dapatkah anggrek kantung diselamatkan?

Apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan anggrek kantung yang karismatik ini dari kepunahan?. Karena meningkatnya metode perbanyakan, berbagai spesies dan hibrida sekarang tersedia dalam perdagangan. Selain itu, sebagai pecinta anggrek baiknya tidak mengoleksi atau membeli jenis-jenis anggrek kantung tanpa izin yang jelas. Semoga hal ini akan menurunkan semangat para hunter dan kolektor yang tidak bermoral untuk mengambil populasi di alam. Sementara itu, Balai Besar KSDA Papua Barat sedang mengerjakan serangkaian kegiatan konservasi, termasuk inventarisasai, pengaturan tempat penyimpanan, perbanyakan, dan kedepannya mengarah kepada konservasi genetika.

 

Penulis: Reza Saputra, PEH Balai Besar KSDA Papua Barat

 

Referensi:

Fay, M. F. 2014. Slipper orchids are closer to the edge than we thought. Available at: http://www.kew.org/blogs/kew-science/slipper-orchids-are-closer-to-the-edge-than-we-thought

Hinsley, A., De Boer, H. J., Fay, M. F., Gale, S. W., Gardiner, L. M., Gunasekara, R. S., Kumar, P., Masters, S., Metusala, D., Roberts, D. L., Veldman, S., Wong, S., & Phelps, J. 2018. A review of the trade in orchids and its implications for conservation. Botanical Journal of the Linnean Society, 186(4), 435–455. https://doi.org/10.1093/botlinnean/box083