Catatan Perjalanan ke Arfak (1)
oleh : Taufik Haryanto
Perjalanan ke Pegunungan Arfak di tahun 2015 merupakan pengalaman pertama saya ke kawasan ini. Bagi saya perjalanan ini merupakan obat rasa penasaran akan Pegunungan Arfak, yang kata mbah Wiki merupakan puncak tertinggi di Papua Barat (±2.955 m dpl). Kata Arfak sendiri berasal dari bahasa Biak yang berarti “inferior”. Kawasan Pegunungan Arfak sendiri dihuni oleh empat suku asli yaitu Hatam, Meyakh, Sough, dan Moley. Perjalanan ini juga kebetulan bertepatan dengan Arfak Festival yang merupakan event dalam rangka ulang tahun Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) yang jatuh pada tanggal 16 November.
Perjalanan kali ini bertujuan untuk menyaksikan apa yang sering di-framing-kan sebagai keindahan kawasan pegunungan. Bayangan akan berbagai atraksi alam seperti negeri di atas awan, hutan hujan tropis dataran tinggi yang diselimuti kabut, udara segar, dan air jernih. Orang-orang juga sering mengkonotasikan atraksi alam di kawasan Arfak ini melalui burung pintar atau burung Namdur polos
(Amblyornis inornatus) atau dalam bahasa lokal disebut Mbrecew, burung menari/western parotia (Parotia sefilata), serta kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera sp.). Tidak ketinggalan juga Danau Anggi, yang ada dua yaitu Anggi Gita (danau perempuan) dan Anggi Giji (danau laki-laki). Dan yang tidak kalah menariknya bagi saya adalah penghuni kawasan ini serta kehidupan mereka tidak terkecuali rumah kaki seribu-nya.
Udara segar sudah terasa sejak masih di kaki pegunungan. Sepanjang perjalanan kami disuguhi jalan yang cukup “menarik” dan semua serba hijau. I feel contented!
Tempat pemberhentian pertama adalah kampung Duwaibei (maaf kalau ejaan salah). Atraksi kupu-kupu sayap burung adalah target atraksi alam yang ingin kami alami di kampung ini. Ada berbagai jenis kupukupu yang bisa ditemui di kampung ini. Sayangnya, menurut keterangan penduduk setempat sudah setahun ini kupu-kupu tidak muncul. Hal ini disinyalir karena suhu panas sehingga bunga tidak mekar dan kupu-kupu pun tidak muncul. Disini saya dihadapkan pada satu tanda akan rentannya ekosistem terhadap perubahan suhu/cuaca. Bagaimanapun, kami masih beruntung menemui kepompong dan juga kupu-kupu. Melihat kupu terbang dibarengi atmosfer yang cukup segar sekilas teringat saat nonton Coldplay, mereka selalu “menghamburkan” kupu untuk menambahkan keindahan dan kehangatan suasana. Sesuai dengan maknanya, kupu-kupu merupakan simbol keindahan dan kehangatan.
Tidak hanya itu, penduduk kampung pun menyambut kami cukup hangat dan kami berkesempatan untuk berinteraksi dengan mereka. Hawa dingin pegunungan sedikit berkurang dengan sambutan hangat yang diberikan oleh penduduknya, bukan hanya senyuman, tetapi juga alam dan budayanya.
Bless them, I can feel the warmth!
Tempat pemberhentian selanjutnya adalah kampung Mokwam dan kampung Kwau. Ya kami ingin menyaksikan atraksi alam berupa burung pintar dan burung menari. Tetapi kami belum beruntung mendapatkan atraksi burung-burung tersebut. Bagaimanapun, disini saya belajar bagaimana sebuah perjalanan mampu membentuk karakter diri, perjalanan yang tidak seharusnya hanya fokus pada tujuan tetapi memahami dan memaknai dinamika perjalanan itu sendiri. Sekali lagi keasrian dan keindahan alam dan budaya menawarkan dahaga akan pengalaman perjalanan ini.
Selanjutnya kami menuju tempat pemberhentian terakhir kita yaitu danau Anggi. Kita berkesempatan menuju ke Danau Anggi Giji (danau laki-laki). Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita (danau perempuan) dipisahkan oleh bukit Kobrey (bukit firdaus). Dan kami pun menapaki bukit Kobrey dan berkesempatan menikmati indahnya ciptaan Tuhan di tanah Papua ini. Menikmati danau ini, sekilas teringat akan bentang alam di eropa utara sana, Norwegia tempat shooting The Flying Frenchies. Hail ya!!
Bagaimanapun, dalam perspektif landscape ada tanya yang belum sempat terjawab. Yaitu..air di sungai di dataran tinggi Arfak seperti tipikal air gambut yang dapat ditemui di Kalimantan maupun Sumatra. Dan bukit tersebut bukanlah bukit gundul tetapi vegetasi yang ada memang perdu/rumput atau jenis vegetasi “mini” dan jika kita injak, maka tanahnya akan turun ke bawah. Gambut??
Orang bijak sering berkata: “Perjalanan itu bukan tentang sampai dimana kita atau seberapa banyak dan seberapa jauh tempat yang pernah kita kunjungi tetapi lebih kepada bagaimana perjalanan itu mampu membuat kita memahami diri kita sendiri secara lebih baik dan mampu meningkatkan kemampuan kita membaca dunia ini secara lebih menyeluruh.”