Keanekaragaman Anggrek (Orchidaceae) di Region Papuasia
Papuasia merupakan region biogeografi yang berada di bagian timur Malesia, yang terdiri dari Kepulauan Raja Ampat, Pulau Papua, Kepulauan Bismarck dan Solomon. Berbeda dengan Region Malesia yang berasal dari Benua Asia, Region Papuasia berasal dari pergerakan lempeng Australia dan berinteraksi dengan lempeng Pasifik (Davies 2012). Karena sejarah geografi Papua yang unik tersebut, banyak spesies tumbuhan endemik berasal dari kawasan ini. Pada tahun 2020, sebanyak 99 peneliti yang berasal dari 19 negara melakukan penelitian terkait kompilasi data keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan di Region Papuasia (Camara-Leret et al. 2020). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Papua memiliki keanekaragaman tumbuhan terbanyak di dunia. Sebanyak 13.634 spesies yang terkelompok ke dalam 1.742 genus dan 264 famili ditemukan di Pulau Papua. Dengan kata lain, Papuasia merupakan rumah bagi 22.61% spesies tumbuhan di dunia. Selain itu, penelitian tersebut juga membuktikan tingkat endemisitas tumbuhan di Papua mencapai 68%. Famili tumbuhan dengan keanekaragaman tertinggi yakni anggrek atau Orchidaceae.
Anggrek atau Orchidaceae merupakan famili tumbuhan berbunga dengan jumlah anggota terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 28.000 spesies dan 736 genera (Chase et al., 2015). Pada Region Papuasia sendiri, saat ini terdapat sebanyak 2.857 spesies anggrek dengan 2.465 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Camara-Leret et al. 2020; Saputra et al. 2020). Dengan kata lain, sebanyak 86.27% anggrek Papua tidak dapat ditemukan selain di hutan alami Papua. Banyaknya angka endemisitas berbanding lurus dengan tingginya penemuan spesies baru. Umumnya anggrek papua hanya ditemukan satu kali di tempat anggrek tersebut pertama kali dikoleksi. Grafik catatan penemuan anggrek di Region Papuasia dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa lebih dari 1.200 jenis anggrek Papua hanya ditemukan di satu tempat. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Rudolf Schlecther (1911-1914) dengan temuan lebih dari 1.100 jenis baru. Sebagian besar anggrek tersebut hanya dikoleksi pada satu tempat, yakni di German New Guinea. Berdasarkan de Vogel et al. (2018), pengkoleksian anggrek pada Indonesian New Guinea (Provinsi Papua dan Papua Barat) lebih sedikit jika dibandingkan dengan di Papua New Guinea (Gambar 4). Pada Provinsi Papua pengkoleksian banyak dilakukan di daerah Pegunungan Tengah, hal tersebut dilakukan bersamaan dengan dilakukannya eksplorasi tambang emas Freeport. Sedangkan pada Provinsi Papua Barat, Pegununganan Arfak merupakan tempat eksplorasi penjelajah Naturalis asal Italia, Odoardi Beccarii antara tahun 1871 dan 1876. Banyak para naturalis dari negara lain tertarik untuk melakukan eksplorasi di Pegunungan Arfak setelah membaca cerita dari petualangan Beccarii.
Pada tahun 2016, para peneliti dari Belanda melakukan penelitian untuk mengetahui pola persebaran dan untuk memproyeksikan kekayaan anggrek di Region Papuasia (Vollering et al. 2016). Para peneliti tersebut mengumpulkan semua rekaman catatan pengkoleksian anggrek di Region Papuasia. Kemudian menggabungkannya dengan beberapa faktor abiotik, antara lain curah hujan, suhu, pH tanah, kelembapan, ketinggian, intensitas cayaha, dan lain-lain. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar anggrek Papuasia diprediksikan terdapat di Papua New Guinea. Meskipun banyaknya rekaman catatan pengkoleksian di daerah tersebut sangat memengaruhi prediksi, akan tetapi terdapat lebih banyak faktor abiotik yang mendukung untuk tumbuhnya anggrek di daerah dataran tinggi Papua New Guinea. Berdasarkan penelitian ini, ketinggian dengan diversitas anggrek terbanyak berada pada 2.000 – 3.000 m dpl. Namun berdasarkan Schuiteman & de Vogel (2007), ketinggian dengan diversitas anggrek terbanyak berada pada 1.000 – 1.500 m dpl.
Pada tahun 2018, diestimasikan terdapat lebih dari 3.000 jenis anggrek di Region Papua (Schuiteman & de Vogel 2018, Komunikasi Pribadi). Sejalan dengan banyaknya ditemukan jenis baru anggrek dari wilayah ini, maka para peneliti memprediksikan terdapat sekitar 3.500 sampai 4.000 spesies anggrek di Region Papuasia (de Vogel et al. 2020). Sebagai contoh, spesies baru endemik yang baru dipublikasikan pada tahun 2020 antara lain, yaitu Dendrobium sagin Saputra & Schuit. dan Dendrobium moiorum Saputra, Schuit., Wanma, & Naive.
Penulis: Reza Saputra, Pengendali Ekosistem Hutan dengan Spesialisasi Konservasi Jenis (Anggrek)
Referensi:
Cámara-Leret et al. 2020. New Guinea has the world’s richest island flora. https://doi.org/10.1038/s41586-020-2549-5
Chase, M.W., K.M. Cameron, J.V. Freudenstein, AM. Pridgeon, G. Salazar, C. van den Berg & A. Schuiteman. 2015. An updated classification of Orchidaceae. Botanical Journal of the Linnean Society 177: 151—174.
de Vogel, E., J.J. Vermeulen & A. Schuiteman. 2018. Orchids of New Guinea. Seminar, International Conference on Biodiversity, Ecotourism, and Creative Economy (ICBE) 2018, Manokwari.
de Vogel, E.F, J.J. Vermeulen & A. Schuiteman. 2020. Orchids of New Guinea. Available from http://www.orchidsnewguinea.com.
Davies, H.L. 2012. The geology of New Guinea – the cordilleran margin of the Australian continent. Episodes 35(1), 87-102
Ormerod, P. 2014. Papuasian Orchid Studies 4. Malesian Orchid Journal 13: 37–68.
Saputra, R., D.D.A. Farishy, D. Suratman. 2019. Orchids of Sorong Nature Recreation Park. Balai Besar KSDA Papua Barat, Sorong: 143 hlm.
Saputra, R. 2020. Kawasan Konservasi di Papua Barat dan Sekilas Tumbuhan Endemik (Anggrek) pada Region Papuasia. Webinar Ruang Bercerita Konservasi (Rubrik)
Saputra, R., W. A. Mustaqim, D. Metusala, A. Schuiteman. 2020. Dendrobium sagin (Orchidaceae: Epidendroideae), a new species from the Bird’s Head Peninsula, West New Guinea. Phytotaxa 459 (2): 190–196. https://doi.org/10.11646/phytotaxa.459.2.9
Schuiteman, A. & de Vogel, E.F. (2007) Orchidaceae of Papua. The ecology of Papua (ed. by A.J. Marshall and B.M. Beehler), Periplus, Singapore. pp. 435–456.
Schuiteman, A. 2013. A guide to Dendrobium of New Guinea. Natural History Publication Sdn. Bhd. Borneo.
Vollering, J., A. Schuiteman, E.F. de Vogel, R. van Vugt, and N. Raes. 2016. Phytogeography of New Guinean orchids: Patterns of species richness and turnover. Journal of Biogeography. 43: 204–214.