KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) SEKITAR CA PEGUNUNGAN ARFAK

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada siapapun untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, dimana secara umum bentuk pemberdayaan dilakukan melalui pemberian kewenangan/hak/akses, dan peningkatan kemampuan kelompok. Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tersebut, pemerintah melakukan pembinaan dan fasilitas yang diwujudkan dalam pembanginan infrastruktur  baik fisik maupun sosial.

Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi melalui kelembagaan Kelompok Tani Hutan merupakan perwujudan dari satu dari 10 cara baru kelola kawasan konservasi yang dicanangkan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian LHK RI, Ir. Wiranto, M.Sc. Masyarakat menjadi pelaku utama dalam berbagai model pengelolaan kawasan, pengembangan daerah penyangga melalui ekowisata, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), jasa lingkungan, air, patroli kawasan, penjagaan kawasan, restorasi kawasan, pengendalian kebakaran, budidaya dan penangkaran satwa, penanggulangan konflik satwa, pencegahan perburuan dan perdagangan satwa.

Salah satu upaya mempercepat proses perbaikan  dalam pemberdayaan masyarakat adalah kelompok tani, dalam kelompok dibangun nilai-nilai kelompok, misalnya kegotongroyongan, kebersamaan, kerja sama, dan tanggung renteg dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok dan pembelajaran bersama. Kegiatan Pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) Sekitar CA. Pegunungan Arfak telah dilakukan pada Maret 2021 yang dilaksanakan di 2 kampung yang terletak di 2 kabupaten yaitu Kampung Margorukun di Kabupaten Manokwari Selatan dan Kampung Ayau di Kabupaten Pegunungan Arfak. Kampung Margorukun dan Kampung Ayau merupakan kampung penyangga CA Pegunungan Arfak yang secara administrasi kewilayahan merupakan kawasan konservasi yang terletak di 3 wilayah administrasi kabupaten yaitu Kabupaten Manokwari, Kabupaten Manokwari Selatan dan Kabupaten Pegunungan Arfak dimana sebagian besar wilayah kawasan berada di Kabupaten Pegunungan Arfak.

KTH Giri Mulyo – Kampung Margorukun

Secara administrasi Kampung Margorukun termasuk ke dalam wilayah Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan. Secara geografis Kampung Margorukun terletak pada LS 1°19’34.48” S dan BT 134°12’59.59” E. Kampung ini berada di bagian Utara Kabupaten Manokwari Selatan yang berjarak sekitar 26 km dari Ibu Kota Kabupaten Manokwari Selatan, Ransiki. Sementara jika kita dari Ibu kota Provinsi kota Manokwari ke arah selatan jarak yang ditempuh kurang lebih 100 km. Kampung Margorukun merupakan salah satu     daerah transmigrasi di Papua Barat yang didominasi oleh kelompok masyarakat transmigran yang berasal dari pulau jawa pada saat gelombang transmigran tahun 1980 di pulau Papua.

Pada Kampung Margorukun terbentuk 1 (satu) KTH yaitu KTH Giri Mulyo, Giri Mulyo berasal dari bahasa Jawa yang berarti Hutan Mulia. Hutan mulia menjadi semboyan bagi kelompok dalam menjaga kelestarian wilayah kawasan CA Pegunungan Arfak khususnya di Kabupaten Manokwari Selatan.

KTH Giri Mulyo beranggotakan 24 orang anggota yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, anggota KTH merupakan masyarakat yang beromisili di kampung Margorukun. Berdasarkan musyawarah kelompok terpilih Bapak Sartan sebagai ketua KTH.

Usaha ekonomi prodoktif yang tengah dikembangkan oleh KTH yaitu budidaya lebah madu Trigona sp, peternakan kambing dan kerajinan tangan dari bambu.

 

KTH Mbreiceuw – Kampung Ayau

Secara Administrasi Kampung Ayau termasuk dalam Distrik Minyambouw Kabupaten Pegunungan Arfak dengan luas wilayah 3,22 km2, Kampung Ayau terletak pada koordinat LS 1°8’10.28” S dan BT 133°52’55.12” E di ketinggian 1.673 mdpl.

Pada Kampung Margorukun terbentuk 1 (satu) KTH yang kemudian diberi nama KTH Mbreiceuw. Mbreiceuw berasal dari bahasa Hatam yang memiliki arti Burng Namdur atau dikenal juga dengan nama Burung Pintar. Burung Namdur merupakan salah satu jenis burung endemik di Pegunungan Arfak yang memiliki sangkar yang unik. KTH Mbreiceuw beranggotakan 23 orang anggota yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

Komoditas usaha yang dikelola oleh kelompok yaitu pertanian dataran tinggi dan peternakan babi dan ayam. Hasil pertanian kelompok terdiri dari berbagai jenis sayuran yaitu kol, buncis, jagung, sawi, labu kuning, labu siam, daun bawang, dan seledri dan buah-buahan yaitu alpukat, markisa dan terong belanda.

 

Penulis: Meyanti Toding Buak, S.Si / Penyuluh Kehutanan Pertama BBKSDA Papua Barat

 

Daftar Pustaka:

Monografi Margorukun Tahun 2021

Wiratno, 2018. Sepuluh Cara Baru Kelola Kawasan Konservasi di Indonesia: Membangun “Organisasi Pembelajar,” Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.