KONDISI UMUM KAWASAN KONSERVASI SUAKA MARGASATWA MUBRANI KAIRONI
INFORMASI UMUM
Letak
Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa (SM) Mubrani Kaironi merupakan salah satu kawasan konservasi dengan tipe ekosistem mayoritas pantai yang terletak di pantai utara Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Secara geografis, kawasan ini terletak pada 133°24’41.20″E, 0°44’21.20″S sampai 133°34’10.85″E, 0°44’10.05″S. Kawasan ini memiliki batas pada bagian utara yaitu Samudera Pasifik, sebelah ujung barat kawasan berbatasan dengan hutan produksi konversi dan secara tidak langsung dengan Kampung Arfu. Sebelah Selatan berbatasan dengan hutan produksi konversi, Kampung Warsnembri, hutan produksi terbatas, Kampung Saray, dan Kampung Kaironi. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Kaironi dan Sungai Kaironi.
Sejarah Kawasan
Kawasan SM Mubrani Kaironi pada awalnya dikelola oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I, Balai Konservasi Sumber Daya Alam VIII, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Perlindungan Alam, Departemen Kehutanan, yang berkedudukan di Sorong. Dengan berkembangnya organisasi Unit Pelaksana Teknis di lingkup Departemen Kehutanan, kawasan ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I yang berkedudukan di Sorong. Berubahnya nomenklatur struktur Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan, sejak tahun 2007 SM. Mubrani Kaironi dikelola oleh Balai Besar KSDA Papua Barat yang berkedudukan di Sorong.
Kawasan SM. Mubrani Kaironi ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 820/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 Nopember 1982 tentang Penunjukan areal hutan Propinsi Dati I Irian Jaya Seluas ± 40.591.580 sebagai Kawasan Hutan. Kawasan tersebut kemudian ditunjuk kembali berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 891/Kpts-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Irian Jaya.
Kawasan SM Mubrani Kaironi pada tahun 1993 – 1994 telah dilakukan kegiatan penataan batas oleh Sub Biphut Manokwari dan telah temu gelang. Panjang batas SM. Mubrani Kaironi sekitar 36,229 Km dengan luas definitif 170,527 Ha.
Kemudian perubahan terjadi pada tahun 2014, Suaka Margasatwa Mubrani Kaironi ditunjuk berdasarkan Surat Menteri Kehutanan Nomor: SK.783/Menhut-II/2014 tanggal 22 September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua Barat. Berdasarkan perhitungan luasan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XVII Manokwari yang disampaikan melalui surat Kepala Balai Nomor S.27/BPKH.XVII/II/2020, luas Suaka Margasatwa Mubrani Kaironi adalah 249 Ha. Selain itu, kawasan ini memiliki pantai sepanjang ±18 kilometer.
Aksesibilitas Kawasan
SM Mubrani Kaironi mudah dijangkau melalui jalur darat maupun jalur laut dari Kabupaten Manokwari. Jalur laut umumnya ditempuh selama 4 – 5 jam dengan menggunakan longboat. Sedangkan jalur darat umumnya melalui jalan Trans Papua Barat sepanjang 72 km ditempuh dengan durasi ± 2 – 4 jam sampai ujung barat kawasan ini (Tanjung Mubrani).
Ekosistem
Kawasan SM Mubrani Kaironi memiliki ekosistem bervariasi dari pantai, hutan pantai, padang rumput dan hutan dataran rendah serta estuary. Panjang pantai SM Mubrani Kaironi adalah ± 18,10 Km. Ekosistem pantai ini ditandai oleh daerah pantai berpasir yang dipengaruhi pasang surut air laut, terpaan angin dan terjangan gelombang laut yang kuat. Di belakang pantai berpasir terbentuk hutan pantai formasi pes-caprae di bagian depan dan formasi barringtonia dibagian belakang.
Ekosistem pantai dicirikan oleh daerah pantai berpasir halus yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kemudian ekosistem hutan pantai yang dicirikan dengan adanya formasi Ipomoea pes-caprae (L.) R.Br. di bagian depan dan formasi Barringtonia asiatica (L.) Kurz serta Pandanus tectorius Parkinson ex Du Roi di bagian belakang. Selanjutnya, ekosistem padang rumput yang didominasi oleh Dactyloctenium aegyptium (L.) Willd., Themeda arguens (L.) Hack., dan Cyperus haspan L. Pada ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah ditemukan Pongamia pinnata (L.) Pierre dan Alstonia scholaris (L.) R.Br. Sedangkan pada ekosistem estuari dan danau air tawar ditemukan danau yang terdapat beragam jenis ikan, katak, dan capung.
Sebagai sebuah ekosistem pantai, kawasan SM Mubrani Kaironi terbentuk oleh adanya unsur biotik (makhluk hidup) dan unsur abiotik dalam sebuah sistem hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan terjadinya aliran energi. Unsur abiotik yang cukup berperan dalam proses ekologi pada ekosistem pantai di SM Mubrani Kaironi antara lain; matahari, pasir pantai, air laut, gelombang laut, angin laut dan tanah. Adapun unsur biotik yang perlu diperhatikan agar ekosistem pantai sehat adalah penyu, keutuhan dan keragaman jenis vegetasi pantai, keragaman jenis burung dan reptil (buaya dan biawak) dan zasat renik sebagai dekomposer.
Unsur abiotik dan biotik yang diatas hanya merupakan sebagian dari unsur-unsur yang membentuk ekosistem pantai. Secara ekologi masing-masing unsur tersebut memiliki peran yang cukup vital bagi kelestarian kelangsungan sistem lingkungan yang terjadi, khususnya sebagai habitat peneluran jenis-jenis penyu.
Hal lain yang menarik adalah terbentuknya ekosistem estuary pada muara-muara sungai walaupun tidak begitu luas. Daerah ini merupakan tempat pertemuan air laut dengan air tawar yang mengalir dari sungai-sungai. Pada daerah ini terjadi pengendapan partikel-partikel pasir/lumpur serta partikel lainnya yang dibawa oleh arus sungai. Proses pengendapan ini berpengaruh terhadap kondisi organisme yang hidup di sini. Daerah semacam ini memiliki salinitas yang berbeda antara air laut dan air tawar dan bersifat cukup produktif yang didukung oleh sejumlah besar biomassa.
Faktor-faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai nilai produktifitas tinggi adalah:
- Ada penambahan bahan organik secara terus-menerus yang berasal dari daerah aliran sungai.
- Perairan muara umumnya dangkal, sehingga cukup menerima sinar matahari untuk menyokong kehidupan tumbuhan-tumbuhan.
- Terpaan ombak/gelombang laut yang relative kecil, sehingga detritus dapat menumpuk di dalamnya.
- Aksi air pasang selalu mengaduk-ngaduk bahan-bahan organic yang berada disekitar tumbu-tumbuhan.
Daerah estuary ini merupakan tempat hidup yang baik bagi jenis-jenis ikan jika dibandingkan dengan jenis satwa lainnya namun dengan keragaman jenis yang relatif lebih rendah. Daerah ini juga menjadi tempat berpijah beberapa jenis ikan. Menurut keterangan masyarakat pada saat musim laut teduh (gelombang laut kecil), nelayan pemburu sirip hiu dari Manokwari banyak beroperasi di sekitar muara sungai. Hal ini menjadi indikator melimpahnya makan ikan hiu, berupa ikan-ikan kecil, dan udang pada daerah estuari.
Tingginya tingkat produktifitas daerah estuary yang berada di kawasan, secara tidak langsung juga mendukung kelestarian populasi penyu yang merupakan tujuan utama dalam pengelolaan kawasan ini. Sebagian literatur menyebutkan bahwa pada musim bertelur penyu-penyu betina tinggal diperairan dekat dengan pantai peneluran, yaitu pada jarak sekitar 15 Km. dan selama musim itu rata-rata penyu betina naik ke pantai untuk bertelur sebanyak 1-5 kali. Artinya bahwa di sekitar pantai bertelur harus tersedia makan untuk mendukung kehidupan penyu betina selama musim bertelur tersebut, dan sangat erat kaitannya dengan daerah estuary yang memiliki produktifitas tinggi.
Selanjutnya pada saat musim menetas 2 bulan setelah musim bertelur (sekitar 45-60 hari setelah bertelur) tukik-tukik akan berhamburan menuju ke laut. Karena masih dalam kondisi yang sangat lemah, tukik-tukik akan mencari pegangan yang berupa dahan, ranting atau rumput-rumput laut (seagrees) untuk bertahan dari terpaan arus dan hempasan gelombang laut. Pada kondisi ini juga tukik-tukik memerlukan makanan yang biasanya berupa satwa kecil (ikan atau udang dll). Daerah estuary yang produktif dan menjadi tempat pemijahan jenis-jenis ikan dan udang sangat baik bagi habitat tukik. Pada sisi lain material-material padat berupa ranting dan dahan kayu yang terbawa arus sungai yang terdapat disekitar estuary menjadi berlindung tukik-tukik dari hempasan gelombang air laut. Seringkali ditemukan tukik penyu berlindung diantara tumbuhan alga atau rumput laut yang banyak tumbuh di daerah estuary.
Dengan demikian daerah estuary pada kawasan SM Mubrani Kaironi berpengaruh posistif bagi siklus hidup penyu-penyu. Daerah estuary menyediakan material pasir sebagai habitat bertelur penyu (nesting site), menciptakan kelimpahan pakan selama musim kawin dan bertelur (internesting area) dan menjadi habitat tukik-tukik tumbuh dan berkembang (feeding ground).
Iklim
Kondisi iklim di sekitar kawasan SMSW dan SMMK masuk dalam Tipe A menurut klasifikasi Oldeman, dengan iklim yang lembab, berhujan dan panas. Data kondisi iklim di kedua kawasan tersebut terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Iklim Kabupaten Manokwari Tahun 2020
Unsur Iklim | Bulan | ||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | ||
Suhu
Udara |
Maks | 31,9 | 31,8 | 31,6 | 31,9 | 32,2 | 31,7 | 31,7 | 31,3 | 31,9 | 32,4 | 30,9 | 31,8 |
Min | 24,6 | 23,5 | 24,4 | 23,4 | 25,1 | 24,5 | 24,3 | 24,2 | 24,5 | 24,8 | 23,7 | 24,4 | |
Rata-rata | 27,7 | 27,5 | 27,4 | 27,6 | 28,5 | 27,8 | 27,8 | 27,6 | 28,2 | 28,3 | 27,8 | 27,6 | |
Kelem-bapan Udara | Maks | 91,0 | 91,0 | 93,0 | 93,0 | 92,0 | 92,0 | 96,0 | 92,0 | 91,0 | 89,0 | 92,0 | 92,0 |
Min | 66,0 | 65,0 | 68,0 | 56,0 | 67,0 | 67,0 | 60,0 | 67,0 | 65,0 | 64,0 | 64,0 | 67,0 | |
Rata-rata | 81,0 | 80,0 | 83,0 | 83,0 | 81,0 | 81,0 | 80,0 | 81,0 | 79,0 | 78,0 | 80,0 | 82,0 | |
Tekanan Udara | 1008,
9 |
1009,
8 |
1009,
5 |
1009,
5 |
1009,
2 |
1009,
1 |
1008,
4 |
1009,1 | 1008,
8 |
1008,
0 |
1008,
3 |
1007,
5 |
|
Kecepatan Angin | 4,1 | 5,1 | 3,66 | 3,2 | 2,7 | 2,7 | 2,6 | 3,1 | 3,3 | 3,6 | 4,3 | 3,3 | |
Penyinaran Matahari | 52 | 65 | 54 | 55 | 60 | 60 | 61 | 19* | 54 | 47 | N.A | N.A | |
Curah Hujan | 176,6 | 384,1 | 485,1 | 406,5 | 132,2 | 82,5 | 137,5 | 110,1 | 65,5 | 87,0 | 328,4 | 242,4 | |
Hari Hujan | 20 | 21 | 23 | 22 | 16 | 17 | 21 | 20 | 17 | 14 | 23 | 21 |
Sumber: BPS Kabupaten Manokwari (2021)
Geologi, Tanah, Topografi, dan Hidrologi
Jenis tanah di kawasan SM Mubrani Kaironi yaitu Aluvial yang terbentuk karena adanya endapan. Tanah aluvial tergolong sebagai tanah muda, yang terbentuk dari endapan halus di aliran sungai, memiliki struktur tanah yang pejal dan tergolong liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%. Struktur Geologi tersusun atas formasi Manokwari yang merupakan formasi aluvium dari endapan-endapan yang terkumpul di daerah pesisir pantai. Substrat dasar pantai pada umumnya berwarna abu-abu kehitaman yang diduga berasal dari transpor sedimen Samudera Pasifik dan material pasir yang di bawa oleh arus sungai yang bermuara di kawasan SM Mubrani Kaironi.
Jenis batuan yang terdapat di kawasan SM Mubrani Kaironi dan sekitarnya termasuk dalam jenis batuan Sedimen Undak Terumbu Koral, sedangkan jenis tanahnya adalah Podzolik merah kuning pada kawasan tegakan hutan dan sebagian kawasan berupa hamparan pasir pantai. Keadaan topografi SM Mubrani Kaironi hampir seluruhnya relatif datar, di dalam kawasan ini mengalir beberapa sungai yang cukup besar diantaranya adalah Sungai Warsnemberi, Sungai Kasi dan Sungai Kaironi.
SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN
Demografi
Sedikitnya terdapat satu kampung yang ada di dalam kawasan SM Mubrani Kaironi, yaitu Kampung Saray. Menurut keterangan kepala Kampung Sarai, kampung tersebut telah ada semenjak tahun 1970an. Kampung Sarai hanya berbatasan langsung dengan kawasan SM Mubrani Kaironi. Namun pada sekitar bulan Desember tahun 2020, Bangunan Balai Kampung dibangun di atas lahan kawasan konservasi. Selain itu juga terdapat sembilan bangunan rumah di batas terluar yang masih masuk ke dalam kawasan SM Mubrani Kaironi.
Di luar kawasan SM Mubrani Kaironi juga terdapat lima kampung yang terletak di sekitar atau berbatasan langsung dengan kawasan, yaitu Kampung Warsnembri, Arfu, Kaironi, Sidey, dan Kasbediri (Sidey Makmur).
Sosial
Suku Arfak termasuk salah satu suku di Papua yang menghuni daerah Manokwari, Provinsi Papua Barat. Suku Arfak memiliki keunikan dibandingkan dengan suku lain di Papua ditinjau dari pembagian sub-suku dan gaya hidupnya. Suku Arfak terbagi menjadi empat sub-suku, yaitu Hattam, Meyah, Sougb, dan Moile. Kehidupan orang Arfak adalah semi nomaden dengan tempat tinggal semi permanen, dan sering melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Mata pencahariannya adalah berburu, meramu, dan bercocok tanam sub-sisten dengan sistem ladang berpindah. Suku Arfak memiliki sistem kepemimpinan kepala suku, alat transaksi adat dalam perkawinan, yaitu mas kawin, memiliki sistem denda dalam masalah pertikaian dan sistem pewarisan.
Gambaran kehidupan sosial budaya Suku Besar Arfak termanifestasi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat asli yang bermukim di sekitar kawasan SM Mubrani Kaironi yaitu Suku Meyakh. Hal ini karena Suku Meyakh merupakan salah satu sub Suku Besar Arfak yang banyak tinggal menyebar di daerah Warmare, Macuan, Masni, Sidey, Kaironi sampai Arfu. Garis pantai SM Mubrani Kaironi yang cukup panjang (18 km), membuat daerah pengelolaan hak ulayat adat terbagi menjadi lima marga. Dari ujung timur ke barat masing-masing dikelola oleh Marga Varian (27.63 Ha), Kasbediri-Sora/Infanido (53.33 Ha), Kasi (22.35 Ha), Katobu (70.80 Ha), dan Makamba (102.46 Ha).
Setiap wilayah adat memiliki masing-masing keluarga penjaga. Sehingga, jika ada yang ingin masuk di bagian ujung timur kawasan harus menginformasikan ke keluarga Varian terlebih dahulu. Pembagian wilayah adat ini harus sejalan dengan pembangunan konservasi SM Mubrani Kaironi. Pendekatan secara langsung oleh Balai Besar KSDA Papua Barat telah dilakukan kepada keluarga Varian, Sora, dan Kasi. Ketiga keluarga tersebut sangat terbuka untuk melakukan kegiatan konservasi penyu dan menjaga kawasan SM Mubrani Kaironi. Namun, hal lain yang harus dipikirkan adalah aspek kecemburuan sosial dari satu marga dengan marga yang lainnya. Sehingga perlu dilakukan pendekatan juga kepada keluarga Katobu dan Makamba.
Masyarakat Papua dalam memilih pemimpin terbagi menjadi dua yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal meliputi kepala kampung, ketua BAPERKAM dan pemimpin gereja (ketua jemaat) sedangkan pemimpin informal adalah kepala suku dan kepala suku besar.
Untuk menjadi seorang pemimpin formal harus lewat suatu proses pemilihan yang dilaksanakan di kampung secara demokrasi dan dihadiri oleh seluruh masyarakat/penduduk, siapa yang mendapat suara terbanyak berarti dialah yang disenangi untuk jadi pemimpin di kampung. Pemimpin yang dipilih paling tidak telah memenuhi kriteria yang diinginkan masyarakat yaitu, pandai berbicara, berani dan tegas, jujur, usianya cukup tua, dapat menyelesaikan konflik atau masalah. Untuk menjadi seorang pemimpin di gereja harus memenuhi beberapa persyaratan baik, jujur, dapat berbicara didepan banyak orang.
Pemimpin informal (kepala suku) tidak melewati proses pemilihan tetapi ditunjuk/ diwariskan. Untuk jadi seorang kepala suku telah ditunjuk sesuai keturunan. Apabila kepala suku meninggal maka akan diganti oleh seorang anak dari saudara perempuannya namun masih menunggu waktu yang tepat untuk diadakan penunjukan dan pengukuhan kepala suku.
Berdasarkan Riset Yayasan Paradisaea (2009), konflik yang biasa terjadi didalam kehidupan masyarakat adalah masalah perkawinan, masalah maskawin atau denda, masalah menciderai atau membunuh dengan menggunakan magic (suanggi).
Perkawinan dapat menimbulkan konflik apabila hubungan muda-mudi telah terjadi ikatan berupa pembicaraan antara kedua belah pihak tentang pernikahan, tinggal menunggu waktu tetapi salah satu diantara mereka melanggar dan kawin/menikah dengan orang lain. Apabila masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh kedua keluarga, maka diserahkan kepada kepala kampung, BAPERKAM dan juga dihadiri pihak gereja.
Mas kawin kadang juga menimbulkan konflik karena pihak laki-laki tidak dapat membayar sesuai yang diminta oleh pihak perempuan. Penyelesainnya biasa diberikan waktu kepada pihak laki-laki untuk berembuk dan memastikan kesanggupannya, untuk meringankan pihak perempuan biasa memberikan kelonggaran untuk membayar beberapakali, ataupun setelah hidup berumah tangga.
Konflik-konflik tersebut biasa diselesaikan oleh kepala kampung, Baperkam, pihak gereja. Konflik yang sampai menghadirkan pihak distrik dan keamanan adalah masalah curiga menciderai atau membunuh seseorang dan dendanya paling besar, bisa mencapai 50-an juta (kain timur 15 mata, kain-kain yang lain, uang dan ternak peliharaan).
Ekonomi
Kawasan SM Mubrani Kaironi telah memberikan manfaat lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat telah memanfaatkan sumber daya dan potensi di kawasan untuk memenuhi kehidupannya sehari hari. Aktifitas nelayan dilakukan saat menjelang musim teduh yaitu pada bulan Maret hingga Agustus, hasil perikanan yang diambil yaitu berbagai jenis ikan dan lobster. Usaha perikanan masyarakat cukup memberikan keuntungan secara ekonomi, hasil perikanan yang dimanfaatkan yaitu ikan, lobster, mangiwang, dan pemanfaatan satwa dilindungi seperti penyu, lola dan teripang untuk dijual atau dikonsumsi. Selain ikan air laut, masyarakat juga melakukan pengambilan hasil perikanan darat (mujair) pada muara sungai Wariori dan muara sungai Waramui. Berdasarkan informasi dari masyarakat ikan muajir yang ada di muara sungai tersebut berasal dari pemerintahan Belanda yang membuang bibit ikan mujair di sungai tersebut. Dari hasil nelayan, masyarakat mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 400.000/ bulan.
Selain perikanan, perkebunan juga menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Hasil kebun berupa kelapa muda yang dijual dengan harga Rp. 1.400,-/ buah (Rp. 1.600.000/ bulan/ KK), mangga kuini dan mangga telur seharga Rp. 1.000/ buah, sagu Rp. 300.000/ tuman dan hasil kebun lainnya seperti Kacang tanah, coklat, rica, pisang, keladi, singkong, jahe, bayam, kangkung, genemon, rebung, gedi, pepaya bunga, buah, nangka, jeruk- langsat, cempedak (alam), matoa. Dari hasil menjual komoditi pertanian masyarakat biasanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 500.000/ bulan.
Kegiatan wisata alam sudah mulai berjalan khususnya di Kampung Sidey. Wisatawan yang datang umumnya adalah wisatawan lokal yang menikmati keindahan pantai Sidey yang masih terjaga kelestariannya. Pengasilan dari sektor wisata alam masuk ke kas kampung dengan pendapatan sekitar Rp. 20.000.000,- pertahun. Puncak musim wisata terjadi pada hari libur nasional maupun perayaan hari-hari besar keagamaan. (RS)