MEMAHAMI TEORI MOTIVASI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Saat ada seseorang melakukan sesuatu, sebut saja misalnya menebang pohon di dalam kawasan konservasi, tentu pertanyaan pertama yang muncul pada diri kita adalah motif apa yang melatarbelakangi orang itu melakukannya. Tentu tidak tepat apabila kita langsung menghakiminya secara kaku berdasarkan apa yang ia perbuat, melainkan perlu memahami terlebih dahulu apakah tindakan itu hanya suatu symptom (gejala) ataukan suatu masalah utama. Kemampuan kita memahami suatu masalah akan berkaitan dengan konteks (latar belakang) seseorang melakukan sesuatu, dan kemampuan memahami itu akan memengaruhi juga tindakan apa yang akan diambil. Tindakan yang kita ambil adalah penentu dampak lebih lanjut atas tindakan itu, apakah akan semakin membaik atau semakin memburuk. Disitulah pentingnya untuk memahami tentang motivasi.
Motivasi sendiri dapat dipahami sebagai suatu kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong atau menggerakkannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dasarnya (Yorks, 1976). Motivasi juga didefinisikan sebagai proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan (Robbins & Judge, 2013). Dengan demikian, motivasi sangat berhubungan dengan adanya kebutuhan. Sebagaimana dipertegas oleh (Burke, 1987), bahwa hanya kebutuhan yang tidak terpenuhilah yang akan menjadi sumber motivasi. Oleh sebab itu, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika (1908-1970) mengenalkan teorinya yang dikenal dengan teori hirarki kebutuhan manusia (Andjarwati, 2015).
Gambar Hirarki kebutuhan manusia
Maslow menyatakan bahwa dalam keadaan normal, orang akan termotivasi karena kebutuhannya tidak terpenuhi berdasarkan urutan yang paling rendah hingga urutan yang paling tinggi. Sebagai suatu hirarki, Maslow membagi kebutuhan ke dalam 5 level yang di gambarkan dengan bentuk piramida.
- Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan ini dikenal sebagai kebutuhan dasar (basic needs), karena apabila tidak terpenuhi maka akan berpengaruh ekstrim pada diri seseorang. Kebutuhan ini ditandai oleh adanya kekurangan dalam diri yang berpengaruh pada tubuh seseorang sehingga dengan segera seseorang memerlukannya untuk menormalkan kembali kondisi tubuhnya. Beberapa contoh kebutuhan fisiologis adalah seperti makanan, minuman, udara, tidur, dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi, orang akan mulai beranjak untuk termotivasi memikirkan kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan rasa aman.
- Kebutuhan rasa aman
Jika seseorang sudah tidak lagi kekurangan/ terkendala untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya, maka orang akan beranjak untuk memenuhi kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini berhubungan dengan pencarian seseorang pada kondisi yang menjamin keamanan, kestabilan, perlindungan dari bahaya, keteraturan, bebas dari rasa takut dan sejenisnya. Jika kebutuhan ini cenderung tidak terpenuhi, secara berangsur-angsur, seseorang dapat terpengaruh untuk turut serta menjadi bagian yang menciptakan kondisi negatif di lingkungannya. Oleh sebab itu, aturan, kelembagaan, sistem keamanan, dan kesepakatan-kesepakatan terbentuk karena adanya kebutuhan ini. Ketika kondisi aman sudah diperoleh dan dirasakan oleh seseorang, maka orang akan mulai beranjak pada kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan sosial.
- Kebutuhan sosial
Jika seseorang sudah tidak lagi memikirkan kebutuhan rasa aman karena kondisi lingkungannya telah tertib dan nyaman, seseorang akan mulai untuk membangun persahabatan, melakukan pergaulan yang akrab hingga tumbuh rasa saling mencintai dan kebutuhan untuk dicintai. Kondisi yang nyaman akan mendorong orang untuk mulai berinteraksi satu sama lain membentuk suatu kelompok, grup hingga keluarga. Ketidakmampuan seseorang untuk membangun interaksi sosial akan membuat orang tersebut berperilaku cenderung negatif dan merasa dirinya tidak berharga. Keterpenuhan kebutuhan sosial membuat orang semakin mantap dan percaya diri sehingga membuat orang merasa berharga dalam kehidupan sosial. Ketika seseorang sudah merasa kebutuhan sosialnya terpenuhi, orang akan mulai memikirkan kebutuhan selanjutnya yaitu kebutuhan harga diri.
- Kebutuhan harga diri
Pada level ini, seseorang akan mulai memikirkan bagaimana caranya agar dirinya dihargai orang lain, memperoleh ketenaran, diakui keberadaannya dan memperoleh apresiasi atas apa yang dilakukannya. Dengan demikian orang akan cenderung memerlukan kompetensi, kepercayaan diri, kekuatan dan pengaruh. Ketika seseorang telah memperoleh kebutuhan akan harga diri, pada tahap selanjutnya orang akan mulai untuk beraktualisasi diri.
- Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak tertinggi, dimana seseorang sudah memiliki segalanya sehingga yang dia lakukan hanyalah tinggal mengembangkan dan melakukan apa yang dia mampu dan miliki, berlaku untuk menjadi manusia paripurna dengan menjadi dirinya sendiri.
Dari teori hirarki kebutuhan manusia yang dicetuskan Maslow tersebut dengan segala dialektika yang berkembang setelahnya, kita dapat menggunakannya sebagai bekal untuk memahami setiap tindakan dan perilaku seseorang. Dalam konteks ini kita dapat gunakan untuk memahami fenomena yang banyak terjadi dalam penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan ekosistem.
Sebuah kasus dalam tingkat abstraksi dapat digambarkan sebagai berikut, ketika terdapat masyarakat sekitar kawasan konservasi yang melakukan perburuan satwa dilindungi secara ilegal, maka apakah serta merta mereka salah? Mungkin iya secara hukum, karena telah melanggar peraturan perundang-undangan kehutanan. Jika kita berhenti hanya pada tataran itu, maka tindakan yang diambil adalah pengawasan dan penegakan hukum. Apakah hanya dengan tindakan tersebut, permasalahan dapat terselesaikan? Dalam konteks sudut pandang teori hirarki kebutuhan tentu saja tidak.
Mari kita bahas lebih lanjut dengan beberapa permisalan asumsi. Pada umumnya, daerah penyangga kawasan adalah daerah yang tergolong tertinggal. Dengan demikian, dapat diasumsikan sebagian masyarakatnya memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Asumsikan mata pencaharian masyarakat penyangga pada umumnya adalah pedagang atau buruh atau pekebun, maka sesungguhnya mereka akan terkendala untuk memenuhi kebutuhan harga diri (kebutuhan level 4) dengan asumsi melalui mata pencahariannya, mereka sudah bisa makan (walau seadanya), bertempat tinggal (walau seadanya), merasa aman (sementara karena wilayahnya tidak terganggu), dan mampu berumah tangga (memiliki anak dan istri). Pada tahap itu mereka dapat berlaku normal. Ketika seseorang telah mampu mencapai level 3 yaitu kebutuhan sosial, maka selanjutnya seseorang akan memasuki tahap harga diri. Apakah dengan mata pencaharian yang dilakukan setiap hari mampu untuk memenuhi kebutuhan non-subsistennya? Misalkan membiayai anak sekolah, mengajak keluarga berlibur, memiliki kendaraan bermesin sebagaimana orang kota pada umumnya atau bahkan sekedar untuk mampu menyelenggarakan acara adat. Jika itu tidak mampu mereka lakukan, maka akan muncul motivasi dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Mata pencaharian yang tidak mendukung untuk menopang kebutuhan harga diri membuat orang akan mencari alternatif lain dalam memenuhi motivasinya. Tentu karena bukan seorang pegawai negeri, mereka tidak dapat memenuhinya dengan korupsi. Dengan demikian, yang mereka lakukan adalah mengambil sesuatu yang mampu mereka ambil disekitarnya dan dapat digunakan untuk menopang kebutuhan harga diri secara rasional (minim resiko). Salah satu yang paling rasional adalah melakukan perburuan satwa dilindungi secara illegal. Dalam konteks ini perlu ditekankan juga bahwa terkadang tidak sedikit perburuan satwa dilindungi secara illegal bukan hanya karena pemenuhan kebutuhan level 4 (harga diri), tetapi juga terkadang untuk sekedar memenuhi kebutuhan level 1 (fisiologis), yaitu bagaimana memastikan dirinya dan keluarganya dapat bertahan hidup.
Dengan demikian, pengelola hutan konservasi tidak cukup hanya bertindak pada taraf pengawasan dan penegakan hukum melainkan memerlukan pemikiran inovatif untuk dalam mewujudkan konservasi sumber daya alam dan ekosistem melalui pilar perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari yang mampu menghadirkan diri berkolaborasi dengan masyarakat mewujudkan kesejahteraan dan kelestarian.