Pemulihan Ekosistem dengan Mekanisme Alam di Cagar Alam Pegunungan Tamrau Selatan

Cagar Alam (CA) Pegunungan Tamrau Selatan, yang terletak di wilayah Papua Barat, merupakan kawasan yang tengah menjalani upaya pemulihan ekosistem melalui mekanisme suksesi alami. Patroli pengamanan yang dilaksanakan di kawasan ini memiliki tujuan untuk melindungi areal yang sedang dalam proses pemulihan dan memastikan keberlanjutan ekosistemnya. Berdasarkan hasil patroli, terdapat sekitar 294,75 Ha areal yang membutuhkan perlindungan dalam rangka pemulihan, terbagi dalam dua polygon. Polygon pertama meliputi ekosistem alami yang masih terjaga, sementara polygon kedua mencakup beberapa area yang telah mengalami pembukaan untuk kebun masyarakat. Oleh karena itu, pengawasan yang intensif diperlukan untuk memastikan proses suksesi alami dapat berjalan dengan baik.
Selama patroli, tim menemukan 39 perjumpaan dengan satwa liar, yang sebagian besar di antaranya adalah cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor). Burung ini merupakan salah satu spesies endemik yang sangat sensitif terhadap gangguan habitat. Menemukan cenderawasih kuning kecil di area yang tergolong kecil, seperti 294,75 Ha, memberikan indikasi positif bahwa ekosistem di kawasan ini masih stabil dan habitatnya cukup mendukung bagi kelangsungan hidup satwa liar. Kehadiran burung ini menunjukkan bahwa upaya pemulihan yang dilakukan mulai membuahkan hasil dan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati.
Selain satwa, observasi botani juga menunjukkan hasil yang menggembirakan. Di lokasi pemulihan ekosistem, ditemukan sekitar 190 jenis anggrek yang tumbuh di sekitar kawasan tersebut. Keberagaman jenis anggrek ini menjadi indikator penting bahwa kondisi lingkungan di sekitar kawasan pemulihan masih relatif lestari. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun beberapa bagian kawasan telah mengalami gangguan, area pemulihan masih mampu mendukung tumbuhnya berbagai spesies tumbuhan endemik yang menjadi ciri khas kawasan hutan tropis Papua.
Penilaian terhadap keragaman tumbuhan di dua polygon juga menunjukkan temuan menarik. Pada polygon pertama, yang merupakan ekosistem alami, jenis tanaman dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah Baeckea frutescens dengan nilai 214,6 dan indeks keanekaragaman H’ sebesar 0,6. Sementara itu, pada polygon kedua, yang telah mengalami pembukaan lahan, tanaman Tasmannia arfakensis mendominasi dengan nilai INP 110,7 dan indeks keanekaragaman H’ sebesar 2,2. Meskipun area yang telah dibuka untuk kebun menunjukkan adanya penurunan keragaman spesies, namun keanekaragaman tumbuhan di kawasan ini masih cukup tinggi.
Ancaman utama terhadap kelestarian ekosistem di kawasan ini berasal dari pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat dan pembangunan kampung baru, serta adanya rencana pembuatan jalan besar sebagai penghubung antar kampung. Oleh karena itu, upaya pengamanan dan pemantauan secara berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan Cagar Alam Pegunungan Tamrau Selatan.