Penemuan Anggrek Jenis Baru Asal Papua Barat, Dendrobium sagin Saputra & Schuit.

Baru bulan lalu Papua dinyatakan sebagai pulau dengan keanekaragaman jenis tumbuhan tertinggi di dunia. Bukan tanpa alasan, sebanyak 13.634 jenis tumbuhan yang terkelompok ke dalam 1.742 genus dan 264 famili berhasil dibuktikan berasal dari Pulau Papua (Camara-Leret et al., 2020). Pada bulan September ini, telah bertambah lagi jenis baru tumbuhan anggrek yang berasal dari Kabupaten Sorong, Papua Barat, yakni Dendrobium sagin Saputra & Schuit (Saputra et al., 2020). Penambahan jenis baru ini merupakan kabar gembira bagi kita semua, khususnya Papua dan Indonesia.

Dendrobium sagin Saputra & Schuit.

Anggrek jenis baru ini ditemukan oleh Dwi Suratman, seorang Pemerhati Anggrek asal Kabupaten Sorong. Beliau menemukan anggrek tersebut di bekas tebangan pohon dan kemudian menyelamatkannya. Pada saat itu, anggrek tersebut teridentifikasi sebagai Dendrobium coeloglossum Schltr. Baru pada bulan Mei 2018, Reza Saputra (PEH dengan spesialisasi anggrek) melakukan identifikasi ulang sebagai jenis yang berbeda dengan D. coeloglossum dan menduga sebagai jenis baru (suspected as new species). Kemudian proses diskusi dan penelitian lebih lanjut dilakukan dengan rekan Peneliti dari Yayasan Generasi Biologi Indonesia (Wendy A Mustaqim), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Destario Metusala), dan Royal Botanic Garden Kew (André Schuiteman). Setelah dilakukan proses pemeriksaan secara seksama dengan beberapa literatur terkait, pembandingan dengan koleksi herbarium, dan pemeriksaan semua protolog Dendrobium section Fugacia, disimpulkan bahwa jenis anggrek tersebut merupakan jenis baru.

Dendrobium sagin memiliki ciri atau karakter khusus yang tidak ditemukan di jenis anggrek lainnya pada section Fugacia, yakni struktur menyerupai rambut tebal pada bagian bibir bunga atau labellum (lip). Section Fugacia merupakan salah satu section anggrek yang langka ditemukan di Papua. Di Papua section ini hanya terdiri dari dua spesies, yakni Dendrobium coeloglossum dan Dendrobium lacteum. Namun dengan terpublikasinya jenis Dendrobium sagin, maka terdapat total tiga jenis anggrek yang termasuk ke dalam section Fugacia. Penamaan “sagin” berasal dari Bahasa Moi yang berarti rambut. Sebagai salah satu penghormatan terhadap Suku Moi dan pengenalan Bahasa serta Suku Moi itu sendiri ke dunia internasional.

Dendrobium sagin memiliki kemiripan dengan Dendrobium lacteum pada bentuk labelum, namun berbeda pada bentuk petal dan sepal, serta erect hair-like projections di bagian lip disc. D. sagin memiliki perhiasan bunga berwarna kuning pada bagian pangkal dan warna putih pada bagian ujung. D. sagin ditemukan pada hutan hujan tropis dataran rendah di habitat semi terbuka. Bunga D. sagin mekar sempurna sekitar Pukul 03.00 Pagi, mulai layu sekitar Pukul 11.00 Siang, mulai menutup sekitar Pukul 13.00 Siang, dan menutup sempurna pada Pukul 16.00 Sore.

Proses penulisan manuskrip jenis baru dimulai dari akhir tahun 2018 sampai dengan pertengahan tahun 2020. Selain itu juga telah dilakukan eksplorasi ulang di lokasi penemuan spesies tersebut, dimulai dari awal tahun 2019 sampai dengan awal tahun 2020. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ukuran populasi D. sagin di alam. Berdasarkan informasi Dwi Suratman dan eksplorasi D. sagin di lapangan, hanya ditemukan 9 individu yang tersebar ke dalam 2 populasi. Dari data yang didapatkan kemudian ditentukan nilai AOO (Area of Occupancy) dan EOO (Extent of Occurrence) yang menghasilkan status konservasi “Critically Endangered (CR)”. Namun untuk mengetahui populasi dan status konservasi D. sagin di alam secara pasti harus dilakukan eksplorasi lebih lanjut dengan cakupan studi yang lebih luas.

Bapak Direktur Jenderal KSDAE, Bpk. Ir. Wiratno M.Sc, mengarahkan kepada para Pejabat Fungsional PEH untuk tetap produktif dengan pengamatan biodiversitas di alam serta menulis selama Pandemi COVID-19 berlangsung. Lebih lanjut, beliau berpesan agar bekerja berdasarkan Evidence-based dan Scientific-based yang diambil berdasarkan fakta di lapangan dengan menggunakan metode ilmiah dan standar keilmuan yang berlaku.

 

As a taxonomist, I give species a name. As a conservationist, I give them a choice” – Peter Wilkie

 

Narasumber: Reza Saputra (Pengendali Ekosistem Hutan Balai Besar KSDA Papua Barat)

 

Reference:

Cámara-Leret, R., Frodin, D.G., Adema, F. et al. 2020. New Guinea has the world’s richest island flora. Nature 584, 579–583 (2020). https://doi.org/10.1038/s41586-020-2549-5

Saputra, R., W. A. Mustaqim, D. Metusala, A. Schuiteman. 2020. Dendrobium sagin (Orchidaceae: Epidendroideae), a new species from the Bird’s Head Peninsula, West New Guinea. Phytotaxa 459 (2): 190–196. https://doi.org/10.11646/phytotaxa.459.2.9