Pengarusutamaan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati merupakan aset yang tak ternilai bagi pembangunan Indonesia. Melalui beragam flora dan fauna serta ekosistemnya, keanekaragaman hayati memberikan kontribusi penting dalam berbagai aspek pembangunan negara ini. Misalnya keanekaragaman hayati dapat mendukung sektor ekonomi Indonesia. Sumber daya alam hayati seperti hutan, pertanian, perikanan, dan pariwisata alam menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi negara. Keanekaragaman hayati juga memberikan peluang untuk inovasi produk dan teknologi berbasis biologi yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di pasar global. Selain itu, keanekaragaman hayati juga memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Ekosistem yang seimbang mendukung produktivitas pertanian dan perikanan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Selain itu, keberagaman genetik tanaman dan hewan juga penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan penyakit tanaman.

Keanekaragaman hayati juga memainkan peran kunci dalam menjaga ekosistem dan fungsi lingkungan. Hutan, terumbu karang, dan lahan basah tidak hanya menyediakan habitat bagi flora dan fauna endemik, tetapi juga berperan dalam penyediaan air bersih, mitigasi bencana alam, dan pengendalian iklim mikro. Dengan menjaga keanekaragaman hayati, Indonesia dapat memastikan keberlanjutan lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Tak kalah pentingnya, keanekaragaman hayati memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi. Indonesia yang kaya akan budaya dan tradisi lokal juga memiliki keanekaragaman hayati yang memperkaya warisan alam dan kearifan lokal. Budaya masyarakat adat dan pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan sumber daya hayati juga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati harus diintegrasikan dalam setiap kebijakan dan program pembangunan. Dengan memahami dan menghargai peran penting keanekaragaman hayati, Indonesia dapat memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif yang menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial masyarakat. Merespon pentingnya keanekaragaman hayati agar diperhatikan keberadaannya dalam pembangunan berkelanjutan, Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan yang berisi instruksi antara lain untuk menetapkan kebijakan sektor untuk rnengarusutamakan pelestarian keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan; menerapkan prinsip adanya pembagian keuntungan yang adil dan merata atas pemanfaatan keanekaragaman hayati; dan melakukan fungsi penegakan hukum dalam rangka perlindungan keanekaragaman hayati.

Sebagai provinsi yang berada di lokasi yang menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia, berada di pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland, dan memiliki hutan rimba tropis tua terluas di Asia Pasifik, Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya memiliki peluang besar untuk dapat menjadi provinsi yang maju dengan mengoptimalkan potensi keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Tanah Papua merupakan habitat bagi 602 jenis burung (52% endemik), 125 jenis mamalia (58% endemik), 223 jenis reptil (35% endemik), dan 13.634 jenis tumbuhan (68% endemik). Dari total 904 jenis tumbuhan dan satwa liar dilindungi di Indonesia, sebanyak 339 jenis atau 38%-nya juga berada di Tanah Papua. Keanekaragaman hayati yang ada di Tanah Papua ini akan terus bertambah seiring dengan dilakukannya banyak eksplorasi keanekaragaman hayati. Contohnya, pada periode tahun 2019 sampai dengan Februari 2024, terdapat 35 jenis baru anggrek dari region Papuasia ini. Begitu besarnya potensi keanekaragaman hayati yang ada, apabila dapat dikelola dengan baik maka potensi pengembangan bioteknologi, bioprospeksi, biomedisin, dan ekowisata akan menjadi peluang besar dalam peningkatan perekonomian secara berkelanjutan.

Berbanding lurus dengan potensi keanekaragaman hayatinya, peredaran illegal tumbuhan dan satwa liar (TSL) di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya juga tergolong tinggi. Pada kurun waktu sepanjang tahun 2023, tercatat BBKSDA Papua Barat bersama mitra terkait mampu menggagalkan upaya peredaran illegal TSL yang akan dibawa keluar dari Tanah Papua dengan berbagai modusnya sebanyak 2.311 individu dan total nilai aset negara yang dapat diselamatkan mencapai 2,3 milyar (berdasarkan hasil konversi harga pasaran satwa). Fakta tersebut menunjukkan bahwa saat ini kita masih banyak kehilangan atas potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki Tanah Papua, bahkan tidak sedikit peredaran illegal yang terjadi memiliki tujuan hingga ke luar negeri.

Dalam konteks kasus pencurian sumber daya genetik (biopiracy) misalnya, pada tahun 2021, KLHK telah memberikan beberapa contoh kasus seperti publikasi peneliti asing tanpa ijin atas penemuan spesies baru Tawon Raksasa (Megalara garuda) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kemudian pendaftaran paten atas 9 (sembilan) jenis tumbuhan asli Indonesia oleh Shiseido perusahaan kosmetik Jepang (kemudian dipaten-kan), meski saat ini sudah dicabut kembali patennya. Selanjutnya, pencurian Kantong Semar (Nephentes clipeata) di TWA Gunung Kelam, Kalimantan Barat oleh peneliti asing, dan publikasi tanpa ijin hasil penelitian amphibi dan reptil di TN Lore Lindu Sulawesi Tengah oleh peneliti asing, serta mungkin tidak sedikit kasus serupa yang terjadi di Tanah Papua. Selain biopiracy, aspek biosecurity dalam pelestarian keanekaragaman hayati seperti pengendalian spesies invasif dan pencegahan penyebaran penyakit zoonosis juga perlu diperhatikan secara holistik. Untuk itu sinergi, kolaborasi, dan dukungan para pihak sangat diperlukan dalam rangka menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan secara berkelanjutan potensi keanekaragaman hayati di Tanah Papua ini.

Sebagai salah satu upaya melibatkan semua unsur dari hulu ke hilir, keberadaan masyarakat yang tinggal di kampung penyangga kawasan konservasi juga sangat perlu didukung keberadaannya dalam upaya mencegah potensi kehilangan keanekaragaman hayati akibat peredaran illegal TSL dari sekitar tempat tinggal mereka. Masyarakat kampung penyangga adalah garda terdepan yang menjadi salah satu kunci apakah keanekaragaman hayati akan punah atau Lestari. Untuk itu, bagi mereka yang berkontribusi dalam melakukan upaya pencegahan peredaran ilegal TSL dan menjaga sumber daya alam di sekitar kampungnya, perlu kita dukung dengan memberikan bantuan usaha ekonomi produktif atas usaha-usahanya dalam menciptakan sumber-sumber ekonomi alternatif yang dapat mengalihkan interaksi-interaksi masyarakat yang bersifat negatif terhadap sumber daya alam menjadi interaksi yang bersifat positif.