Persiapan Survey dan Identifikasi Jalur Interpretasi di TWA Sorong “One Step Closer to Achieving The Goal”

Hari masih subuh benar (Senin 7 Juni 2021), beberapa pejabat fungsional dan staf Balai Besar KSDA Papua Barat sudah berkumpul di Kantor Resort Taman Wisata Alam (TWA) Sorong bersama dengan mitra NGO CII dan masyarakat setempat. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari hasil diskusi secara daring yang dilaksanakan pada hari Jumat sebelumnya (4 Juni 2021) perihal Persiapan Survey dan Identifikasi Jalur Interpretasi di TWA Sorong.

Semua yang hadir pada pertemuan hari Senin tersebut terlihat sangat antusias dan penuh semangat untuk mengikuti kegiatan sampai pada sore harinya. Hal ini dilandasi oleh adanya kerinduan untuk mewujudkan suatu pengelolaan Kawasan Konservasi yang dapat dijadikan tujuan wisata di wilayah Kota Sorong. Taman Wisata Alam Sorong telah lama ditunjuk sebagai Kawasan Konservasi sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 397/Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981.

Penunjukan kawasan ini sebagai TWA membuka peluang untuk dapat dimanfaatkan untuk tujuan berwisata tanpa mengurangi fungsi kawasn tersebut sebagai penyanggah kehidupan. Kawasan yang memiliki luas 945,9 Ha ini memang sangat berperan dalam menyokong kehidupan bagi masyarakat sekitarnya terutama sebagai penyedia udara segar dan penangkap air. Sebagaimana diketahui, Kota Sorong memiliki type iklim A (Tropika Basah) dengan curah hujan tahunan sebesar 2.911 mm, dan jumlah hari hujan rata-rata per tahun sebanyak 203 hari. Jumlah air hujan yang tercurah sebanyak itu akan tertampung dengan baik di dalam kawasan berhutan seperti TWA Sorong. Ketiadaan hutan TWA Sorong akan mengakibatkan banjir bagi kawasan-kawasan disekitarnya yang sudah mulai dipenuhi oleh perumahan.

Dengan dibukanya peluang sebagai tempat tujuan wisata, hal ini juga berarti membuka peluang untuk mendapatkan income baik bagi pengelola kawasan (Pemerintah Pusat melalui PNBP), masyarakat dan Pemda setempat. Pembicaraan dan pembahasan “income” ini masih perlu dipersiapkan dengan sangat hati-hati dan matang mengingat perlunya mematuhi beberapa regulasi yang sudah ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemda setempat. Tidak lupa juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat yang tinggal di sekitar kawasan dan masyarakat adat yang memiliki hak ulayat di kawasan tersebut. Hal ini akan sedikit lebih rumit mengingat system perhitungan adat di Tanah Papua sedikit berbeda dengan system yang kita kenal selama ini.

Upaya Pencapaian yang Telah Dilaksanakan

Dengan segala keterbatasannya, Balai Besar KSDA Papua Barat tetap bersemangat dan optimis dalam mewujudkan pengelolaan TWA Sorong yang lestari dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Beberapa upaya telah diwujudkan mulai dari pembangunan fasilitas fisik, pembentukan struktur organisasi pengelola, pemberdayaan masyarakat, dan menggandeng para pihak.

Pembangunan fasilitas fisik telah diwujudkan dengan pembangunan jalan dan lahan parker, pembangunan shelter, toilet, jalan setapak, gazebo, papan pengumuman, jembatan, menara pengamatan burung, dan lain sebagainya. Beberapa fasilitas tersebut masih dapat berfungsi dengan baik sampai saat ini.

Sebagai upaya pengefektifan pengelolaan kawasan, telah dibentuk unit pengelola setingkat resort di TWA Sorong yang dikomandani oleh seorang Kepala Resort yang beranggotakan 3 staf PNS dan 3 staf tenaga kontrak. Selain itu untuk memperkuat pemberdayaan masyarakat, TWA Sorong juga dibantu oleh tenaga penyuluh yang selalu aktif mendampingi Kelompok Tani Hutan (KTH).

Sesuai dengan arahan Bapak Dirjen KSDAE, Ir. Wiratno, M.Sc, di dalam 10 Cara Baru Mengelola Kawasan Konservasi, yang menempatkan Masyarakat sebagai Subyek Pengelolaan Kawasan Konservasi, maka BBKSDA Papua Barat melakukan banyak upaya peningkatan masyarakat di sekitar kawasan. Sampai tahun 2021 telah dibentuk paling tidak 3 (tiga) KTH di 4 Kampung yang aktif didampingi oleh penyuluh BBKSDA Papua Barat. Selain itu juga sudah dilaksanakan pelatihan dan bantuan yang dapat meningkatkan ketrampilan masyarakat sekitar. Beberapa pelatihan antara lain pembuatan kompos, pengelolaan sampah plastik menjadi bahan kerajinan, pembuatan persemaian, pelatihan agroforestry, pembuatan demplot madu dan lain sebagainya. Semua pelatihan ini akan ditujukan untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi dan pengembangan destinasi wisata berbasis aktifitas masyarakat. Dengan masyarakat adat juga sudah dilakukan upaya pendekatan secara intensif sejak beberapa tahun yang silam. Masyarakat adat secara aktif diajak untuk urun rembug dalam upaya-upaya pelaksanaan kegiatan di TWA Sorong. Pada tahun 2019 telah dilaksanakan kegiatan upacara adat untuk memulai pembangunan kerja sama dengan Pertamina dan Petrogas.

Kelompok-kelompok lain juga perlu digandeng dalam mendukung pengelolaan TWA Sorong. BBKSDA Papua Barat secara aktif menginisiasi peluang kerjasama dengan para stakeholder. Tahun 2018 telah dilakukan penandatanganan kerja sama dengan PT (Persero) Pertamina Refinery Unit VII Kasim dan Petrogas Basin. Wujud dari kerjasama tersebut telah dibangun Klinik Satwa oleh Pertamina dan Arboretum Anggrek dan Rumah Herbarium Anggrek oleh Petrogas. Semua ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan destinasi wisata.

One Step Closer

Upaya-upaya yang telah dilakukan dan mimpi-mimpi dan harapan yang telah dibayangkan masih perlu disempurnakan lagi. Masih banyak PR yang masih harus tetap dibenahi baik dari segi manajemen maupun teknis pelaksanaan di lapangan. Semua itu perlu kerja keras dan kerja cerdas.

Pelaksanakan Survey dan Indentifikasi Jalur Interpretasi di TWA Sorong merupakan salah satu langkah yang akan membawa kita semakin dekat dengan tujuan pengelolaan kawasan konservasi yang kita idamkan. Dengan pelaksanaan kegiatan ini, kita diajar untuk memetakan potensi-potensi wisata yang akan kita kembangkan menjadi titik tujuan pengunjung. Potensi tersebut dapat berupa fasilitas yang telah dibangun, sejarah bangunannya, fungsinya dan lain sebagainya. Potensi dapat juga berupa bentuk lanskap yang unik, potensi keanekaragama hayati yang dimiliki dan lain sebagainya. Selain itu aktifitas dan budaya masyarakat juga merupakan potensi wisata yang memiliki nilai arti penting yang harus diperhatikan. Pengunjung akan diarahkan oleh pemandu untuk melalui jalur-jalur yang memiliki keindahan dan keunikan wisata tersebut.

Setelah pelaksanaan kegiatan interpretasi ini bukan berarti bahwa TWA Sorong sudah siap “dipasarkan”. Masih ada beberapa hal lagi yang harus dilakukan oleh BBKSDA Papua Barat seperti penyusunan Code of Conduct berwisata, pembagian peran para pihak, perbaikan dan pelengkapan infrastruktur, persiapan pengelolaan sampah. pembahasan besaran nilai tiket masuk dan lain sebagainya.

Semua tahapan yang dimaksud akan tetap dijalani BBKSDA Papua Barat sebagai motor penggerak konservasi di Papua Barat. Semangat para staf dan masyarakat perlu tetap dijaga. Kami perlu diingatkan bahwa tiada usaha yang akan mengkhianati hasil. Segala jerih payah yang telah dibangun selama bertahun-tahun pasti akan mewujudkan hasilnya dikemudian hari. Langkah yang telah kami tempuh selama bertahun-tahun ini memang belum berakhir tapi akan semakin membawa kami semakin dekat dengan tujuan kami. Butuh banyak dukungan dari segala pihak untuk dapat mewujudkannya. Mari bersama-sama dengan BBKSDA Papua Barat mewujudkan pengelolaan TWA Sorong yang baik dan benar. Dengan segenap kemampuan kita semua, percayalah langkah kita semakin dekat dalam mencapai tujuan kita bersama.

Penulis: Yuna Brata Purba