TOMANG DAN LOPA-LOPA KERAJINAN TANGAN RAMAH LINGKUNGAN DARI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman budaya tersebut beraneka macam seperti rumah adat, upacara adat, pakaian tradisional, tarian adat, alat music tradisional hingga beragam makanan khas. Sesuai dengan semboyan nasional Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” maka meskipun memiliki keragaman budaya Indonesia tetap satu.

Salah satu warisan kebudayaan Indonesia yang telah diwariskan secara turun temurun di Kabupaten Fakfak yaiu kerajinan tangan yang dikenal dengan nama Tomang dan Lopa-lopa. Tomang dan Lopa-Lopa merupakan kerajinan tangan yang berasal dari Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat, sebuah kabupaten di bagian selatan Provinsi Papua Barat.

Tomang merupakan wadah/tas yang digunakan untuk membawa barang atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tomang berbentuk persegi yang dilengkapi dengan tali atau pegangan yang dapat dianyam sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Tomang umumnya tidak memiliki penutup biasanya digunakan oleh kaum pria untuk membawa hasil kebun berupa sayur-sayuran, buah-buahan, sirih dan pinang. Saat ini, tomang telah banyak digunakan oleh kawula muda maupun pelajar sebagai tas untuk membawa buku ataupun sekedar untuk menyimpan dompet dan handphone.

Lopa-lopa adalah wadah penyimpanan yang dilengkapi dengan penutup dan tidak memiliki tali atau pegangan. Lopa-lopa berukuran lebih kecil dari tomang biasanya digunakan untuk menyimpan pulpen, kaca mata, uang dan handphone. Masyarakat Fakfak biasanya menggunakan lopa-lopa untuk menyimpan tembakau dan daun rokok.

Gambar 1. Gambar 1. Tomang dan Lopa-lopa

Tomang dan Lopa-lopa dibuat dari daun pandan jenis tertentu dan bambu muda. Daun pandan hutan yang digunakan biasa disebut dengan pandan halus yang dalam bahasa Fakfak disebut “Nduberten” sedangkan bambu yang digunakan dalam bahasa Fakfak disebut dengan “Leleba”. Proses pembuatan tomang dan lopa-lopa dilakukan secara tradisional dengan menggunakan peralatan sederhana. Proses pengerjaannya melalui beberapa tahapan mulai dari pengambilan bahan baku hingga menjadi barang siap pakai. Caranya helaian daun pandan yang telah diambil dari hutan satu demi satu diluruskan di atas nyala api dengan menggunakan penjepit khusus yang dalam bahasa lokal disebut gata-gata, dengan cara ditarik perlahan dari pangkal hingga bagian ujung helaian, proses ini disebut dirau di api (dalam bahasa Fakfak). Selanjutnya daun pandan yang telah diluruskan kemudian langsung digulung agar helaian daun pandan tetap dalam kondisi rata dan lurus.

Setelah proses penggulungan dilakukan barulah duri pada sisi daun pandan dapat dibersihkan dengan menggunakan pisau khusus, pisau yang digunakan yaitu pisau fork yang dapat dibeli di toko kelontongan. Daun pandan yang telah bersih kemudian dibagi menjadi helaian-helaian kecil yang setiap helaian berukuran sama besar dari pangkal hingga ujung daun. Helaian-helaian daun yang sudah jadi kemudian siap dianyam menjadi tomang dan berbagai bentuk lopa-lopa sesuai dengan keinginan. Helaian daun yang digunakan untuk membuat lopa-lopa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan helaian daun untuk membuat tomang.

Mama-mama anggota KTH biasanya membuat Tomang dan Lopa-lopa ketika sedang beristirahat setelah bekerja di kebun atau ketika ada pesanan dari konsumen.  Dalam sehari mama-mama anggota KTH dapat membuat 1 tomang dan 2-3 buah lopa-lopa.

Gambar 2. Mama Katarina Pengrajin Tomang dan Lopa-lopa di Kampung Lusiperi

Tomang dan lopa-lopa dijual di pasar-pasar tradisional, toko souvenir ataupun di pondok jualan masyarakat pengrajin. Tomang yang dijual umumnya adalah tomang tanpa penutup, saat ini sudah tersedia tomang dengan model yang menggunakan penutup. Lopa-lopa yang dijual biasanya lopa-lopa untuk menyimpan tembakau.  Tomang dijual dengan harga mulai dari 100.000,- dan Lopa-lopa dijual dengan harga mulai dari 20.000,-.

Selain memiliki nilai budaya, Tomang dan Lopa-lopa telah menjadi cinderamata khas Kabupaten Fakfak hal ini ditegaskan dengan ditetapkannya tomang sebagai cenderamata bagi tamu pemerintah yang berkunjung di Kabupaten Fakfak selain itu, Pemerintah Kabupaten Fakfak juga mendorong penggunaan tomang di lingkungan Pemerintah Kabupaten Fakfak dengan mengeluarkan Surat Edaran Bupati yang mewajibkan Pegawai Negeri Sipil untuk menggunakan tomang setiap hari kamis.

Tomang dan lopa-lopa merupakan warisan budaya Tanah Papua yang perlu dilestarikan sebagai tas multi fungsi yang berbahan dasar ramah lingkungan.

 

Daftar Pustaka:

Monografi Kampung Lusiperi Tahun 2020

Zulfadli, mujahid. 2017. Denyut Pasar Rakyat Membuni-buni Fakfak Papua Barat. Kompasiana.com. 27 Janauri 2017.

 

Penulis: Meyanti Toding Buak, S.Si (Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama)