Yuk Mengenal Cagar Alam Waigeo Barat
Sahabat konservasi yang baik hatinya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat mengelola Kawasan konservasi yang sangat luas yang tersebar di seluruh Provinsi Papua Barat. Cagar Alam Waigeo Barat merupakan salah satu kawasan yang dikelola tersebut. Kawasan ini sangat unik baik ditinjau dari batuan dasar pembentuknya, maupun dari letaknya yang mengakibatkan Kawasan ini memiliki keunikannya tersendiri.
Cagar alam Waigeo Barat yang terletak di Pulau Waigeo termasuk dalam gugusan kepuluan Raja Ampat yang terletak antara pulau Halmahera dan Papua. Gugusan pulau-pulau tersebut sangat menarik untuk dikaji biogeografinya, mengingat kawasan ini merupakan pulau-pulau yang berbatasan dengan kawasan Wallacea. Daerah peralihan ini merupakan pertemuan dua asal biogeografi yang sangat berbeda, yaitu Asia dan Australia.
Keberadaan pulau-pulau tersebut sangat mungkin menjadi “stepping stone” penyebaran jenis-jenis fauna Australia ke kawasan Wallacea. Tentu saja hipotesis ini harus didukung dengan data penelitian tentang fauna yang lebih lengkap dari setiap pulau-pulau perbatasan di sekitar kawasan Wallacea dan Papua. Salah satu teori yang mendukung adalah adanya barir berupa lautan yang memisahkan daratan Papua dengan pulau-pulau sekitarnya menjadikan isolasi bagi fauna-faunanya, dimana amfibi merupakan takson yang tidak memiliki kemampuan untuk menyeberang lautan, maka takson ini sangat terisolasi dengan adanya barir tersebut. Isolasi yang terjadi pada pulau-pulau ini menghadirnya jenis-jenis endemik. Hal ini memberikan harapan ditemukannya karakter biodiversitas yang khas pada setiap pulau.
Jenis batuan lain di wilayah ini adalah batuan sedimen konglomerat yang penyusunannya terdiri dari bahan yang tahan lapuk yaitu berupa konglomerat aneka bahan. Batuan breksi yeffman dengan butiran yang lebih besar, fragmen menyudut yang umumnya terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan, dalam massa dasar yang lebih halus atau tersemenkan. Golongan batuan sedimen berupa pasir juga terdapat di wilayah ini dengan klasifikasi batu pasir daram. Batuan sedimen serpih yang mempunyai sifat seperti lempung. Batuan serpih dimana pada bidang-bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih dengan klasifikasi serpih letita juga terdapat di wilayah ini. Beberapa formasi batuan yang terdapat di wilayah ini adalah formasi yaben, formasi klasafet, formasi waigeo, formasi rumai, formasi yarefi, formasi demu, dan formasi fafanlaf.
Hasil penelitian penelitian Bidang Biologi LIPI pada tahun 2007 di bidang botani, yakni studi taksonomi tumbuhan di Pulau Waigeo, menemukan ada sebanyak 650 spesimen tumbuhan yang terdiri atas 70 famili dan lebih dari 400 jenis tumbuhan tingkat tinggi. Diantara spesimen tersebut, beberapa jenis merupakan koleksi baru bagi Herbarium bogoriense yang merupakan catatan baru untuk jenis tumbuhan endemik di wilayah Papua. Jenis flora tersebut, antara lain: Hydnophytum spatulatumval dan Myrmecodia prolifera meru.
Hasil studi taksonomi tumbuhan ditemukan 13 jenis tanaman dari suku Pandanaceae, yakni 7 jenis Pandanus dan enam jenis Freycinetia, yang merupakan tumbuhan jenis rekaman baru. Selain itu, juga ditemukan 48 jenis Piper, 3 di antaranya merupakan jenis baru dan 2 jenis lainnya merupakan rekaman baru. Hasil penelitian jenis tanaman paku, ditemukan 164 jenis tanaman paku-pakuan yang terdiri atas 23 suku dan 124 jenis. Jenis tersebut seperti : Trigonosporadan Microsorium spp yang memiliki karakter unik dan berbeda dengan tanaman paku umumnya. Hasil temuan lain juga yaitu 174 jenis jamur makroskopis, antara lain 26 famili dan 59 genus. Setelah dilakukan temu kenali jenis jamur makroskopis, 7 jenis merupakan spesies baru dan 9 jenis lainnya rekaman baru.
Penelitian juga meliputi etnobiologi, dimana ditemukan sebanyak 250 jenis tanaman yang dimanfaatkan warga setempat sebagai bahan pangan, bangunan, pakaian, obat-obatan, pewarna, perlengkapan ritual, kayu bakar, dan lain-lain.
Penelitian di tingkat ekologi, diperoleh data bahwa vegetasi dataran rendah, hutan sekunder, savana, semak belukar terdapat 83 jenis tumbuhan dengan 160 item (daun, kulit batang, batang, bunga, dan buah) yang memiliki potensi sebagai obat, kosmetik, dan bahan alam lainnya. Kandungan khasiat dari tanaman tersebut, mulai sebagai pemutih kulit hingga anti jerawat. Sementara berdasarkan analisis, jenis tanaman Pandanus polycephalus ternyata memiliki kandungan senyawa flavonoid yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan immunomodulator.
Bagian Selatan CA Waigeo Barat didominasi dengan tipe vegetasi Hutan hujan dataran rendah (low land forest), umumnya kaya akan jenis dan populasi. Pada daerah dataran rendah (100-300 meter) ini jenis tumbuhan yang mendominasi adalah jenis-jenis Mallotus, Aglaia, Albizia, Pometia, Intzia, Palaquium dan Ficus. Pandanus juga dapat ditemui pada hutan ini dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, baik buahnya yang dikonsumsi maupun daunnya untuk atap rumah. Selain jenis tersebut, di dataran rendah ini juga dapat dijumpai tumbuhan merambat, termasuk Aristolochia spp., yang merupakan tanaman pangan kupu-kupu, Nepenthes spp., Piper spp., dan Zanomia spp. Jenis-jenis pohon lainnya yang mendominasi adalah: Ploiarium sessile, Exocarpus latifolius, Gymnostoma rumphianum, Decaspermum bracteatum, Ixonanthes reticulata, Myrsine rawacensis.
Selain kaya akan jenis tumbuhan, Cagar Alam Waigeo Barat juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei multi taksa pada tanggal 4 – 30 Juni 2005 di Pulau Batanta, Salawati dan Waigeo, dimana para peneliti dari Conservation International (CI) Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Cenderawasih (UNCEN), Universitas Papua (UNIPA), Balai KSDA Papua II, Museum Australia dan Pemda Raja Ampat berhasil menemukan sedikitnya 57 jenis amfibi dan reptil serta 20 jenis kelelawar. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan 8 kodok jenis baru, dan 12 jenis kelelawar baru.
Hasil penelitian di bidang zoologi menemukan bahwa dari 66 individu yang diteliti dari 28 jenis burung, 7 jenis diantaranya, merupakan endemik Pulau Waigeo dan 27 jenis lainnya merupakan koleksi terbaru. Untuk jenis mamalia, dari sebanyak 124 spesimen yang telah terkumpul, terdapat 24 jenis mamalia. Hal ini setara dengan 13,87% dari total jenis mamalia di Papua. Hasil ini menunjukkan bahwa di Pulau Waigeo terdapat keragaman jenis satwa yang tinggi.
Selain hal tersebut, Cagar Alam Waigeo Barat juga merupakan habitat dari beberapa satwa endemik Papua yang dilindungi lainnya seperti: Kakatua Putih Jambul Kuning (Cacatua galerita ), Raja Udang Hutan (Halcyon macleayii ), Julang Irian (Aceros plicatus), Kakatua Raja (Probosciger aterrimus), Bayan (Eclectus roratus), Nuri Merah Kepala Hitam (Lorius lory) dan Mambruk Viktoria (Goura victoria ).