Penemuan anggrek spesies baru dari daerah karst di Taman Wisata Alam Beriat, Kabupaten Sorong Selatan

Sorong, 20 Juni 2023. Dalam rangka penungkapan potensi biodiversitas di Semenanjung Kepala Burung, anggrek spesies baru ditemukan dan dideskripsikan lagi pada awal tahun ini, yakni Bulbophyllum whitteniorum, Saputra, Schuit., Metusala & Heatubun.

Gambar 1. Detail anggrek Bulbophyllum whitteniorum

Diestimasikan, sekitar 3.000 sampai 4.000 spesies tumbuhan di region Papuasia menunggu untuk ditemukan dan dideskripsikan (Cámara- Leret et al. 2020). Bahkan di daerah yang mudah untuk diakses dan dekat dengan pemukiman, spesies baru masih cukup sering ditemukan, seperti palem spesies baru Hydriastele biakensis W.J.Baker & Heatubun (Baker & Heatubun 2012), Wallaceodoxa raja-ampat Heatubun & W.J.Baker dan Manjekia maturbongsii W.J.Baker & Heatubun (Heatubun, Zona & Baker 2014). Hal tersebut juga dapat terjadi dengan anggrek. Untuk menemukan anggrek spesies baru di pedalaman hutan Papua mungkin tidak terlalu sulit, namun untuk menemukan anggrek spesies baru di daerah yang mudah diakses dan dekat dengan kota ternyata juga cukup mudah. Hal tersebut dibuktikan oleh Reza Saputra, Pengendali Ekosistem Hutan dari Balai Besar KSDA Papua Barat, ketika tidak sengaja melakukan koleksi anggrek di pinggir hutan dekat Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan. Sebuah spesimen anggrek dengan tipe habitus epifit, perbungaan tunggal, labelum fleksibel dengan ligamen pendek yang menempel pada column-foot, column kecil dengan dengan stelidia yang berkembang baik, yang kemudian teridentifikasi sebagai Bulbophyllum dari section Schistopetalum dan dinamakam Bulbophyllum whitteniorum.

Gambar 2. Perbungaan dan daun anggrek spesies baru, Bulbophyllum whitteniorum

Bulbophyllum whitteniorum memiliki spesies terdekat yakni Bulbophyllum filamentosum Schltr. (Schlechter 1913: 764). Kedua spesies ini memiliki bentuk petal dan stelidia yang mirip, Namun terdapat perbedaan pada inflorescences B. whitteniorum yang lebih panjang (9.4 cm long) dari B. filamentosum (2 cm long) karena pedicel yang mengalami elongasi. Selain itu, B. whitteniorum memiliki panjang sepal 21.4 mm dibandingkan dengan B. filamentosum 60 mm, column margin B. whitteniorum memiliki sayap yang transparan membulat lebar dibandingkan dengan column margin B. filamentosum yang kecil, segitiga, memiliki obtuse tooth. Dengan karakter kunci di bagian labelum atau bibir bunga, B. whitteniorum memiliki bentuk bibir bunga oblong-ovate sempit dengan panjang 8 mm, dibandingkan dengan bentuk labelum B. filamentosum yakni subpandurate-lanceolate dengan panjang 13 mm.

Penamaan ‘whitteniorum’ merupakan penghargaan kepada mendiang Anthony John ‘Tony’ Whitten dan Jane E. J. Whitten, pasangan konservasionis yang telah banyak memberikan inspirasi kepada para konservasionis muda dan telah banyak melakukan terobosan penelitian untuk menyelamatkan alam, khususnya ekosistem karst.

Gambar 3. Detail labelum Bulbophyllum whitteniorum

Bulbophyllum whitteniorum dipublikasikan di Malesian Orchid Journal Vol. 26 pada 10 April 2023, dengan judul “Bulbophyllum whitteniorum (Orchidaceae), a New Species of Section Schistopetalum from a Karst Region in the Bird’s Head Peninsula, Indonesian New Guinea”. Jurnal tersebut ditulis oleh Reza Saputra (PEH BBKSDA Papua Barat), Andre Schuiteman (Peneliti Royal Botanic Garden Kew), Destario Metusala (Peneliti BRIN), dan Charlie D. Heatubun (Professor di Fakultas Kehutanan Universitas Papua dan Kepala BRIDA Papua Barat).

Dengan berhasilnya proses deskripsi dan publikasi ilmiah anggrek Bulbophyllum whitteniorum, maka sampai dengan saat ini telah teridentifikasi sebanyak 12 spesies Bulbophyllum section Schistopetalum dan 7 spesies diantaranya hidup di Papua. Anggrek Bulbophyllum section Schistopetalum merupakan grup dengan persebaran utama di region Papuasia (Vermeulen et al., 2014; De Vogel et al., 2022).

Kepala Balai Besar KSDA Papua Barat, Bapak Johny Santoso, S.Hut., M.Agr. menambahkan “Taman Wisata Alam Beriat merupakan salah satu kawasan konservasi di Provinsi Papua Barat Daya yang memiliki substrat batuan karst. Saat ini, belum banyak eksplorasi biodiversitas dan penelitian yang dilakukan di dalam kawasan ini. Sehingga, diduga masih banyak biodiversitas yang belum diungkap yang sebenarnya dapat menjadi potensi besar bagi Provinsi Papua Barat Daya. Ditambah seperti yang kita ketahui bahwa ekosistem karst sering dicirikan dengan endemisitas yang tinggi. Oleh karena itu, eksplorasi lanjutan di TWA Beriat perlu dilakukan dengan kolaborasi bersama. Kami berharap, dengan adanya penemuan Anggrek Bulbophyllum whitteniorum ini dapat semakin meningkatkan kepedulian masyarakat luas akan kelestarian kawasan konservasi, yang salah satunya adalah TWA Beriat. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke TWA Beriat, yang pada akhirnya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan.”

Daftar referensi:

Baker, W.J. & Heatubun, C.D. (2012). New palms from Biak and Supiori, Western New Guinea. Palms 56(3): 131–150.

Cámara-Leret, R., Frodin, D.G., Adema, F., Anderson, C., Appelhans, M.S., Argent, G., Arias Guerrero, S., Ashton, P., Baker, W.J., Barfod, A.S., Barrington, D., Borosova, R., Bramley, G.L.C., Briggs, M., Buerki, S., Cahen, D., Callmander, M.W., Cheek, M., Chen, C-W., Conn, B.J., Coode, M.J.E., Darbyshire, I., Dawson, S., Dransfield, J., Drinkell, C., Duyfjes, B., Ebihara, A., Ezedin, Z., Fu, L-F., Gideon, O., Girmansyah, D., Govaerts, R., Fortune-Hopkins, H., Hassemer, G., Hay, A., Heatubun, C.D., Hind, D.J.N., Hoch, P., Homot, P., Hovenkamp, P., Hughes, M., Jebb, M., Jennings, L., Jimbo, T., Kessler, M., Kiew, R., Knapp, S., Lamei, P., Lehnert, M., Lewis, G.P., Linder, H.P., Lindsay, S., Low, Y.W., Lucas, E., Mancera, J.P., Monro, A.K., Moore, A., Middleton, D.J., Nagamasu, H., Newman, M.F., Nic Lughadha, E., Melo, P.H.A., Ohlsen, D.J., Pannell, C.M., Parris, B., Pearce, L., Penneys, D.S., Perrie, L.R., Petoe, P., Poulsen, A.D., Prance, G.T., Quakenbush, J.P., Raes, N., Rodda, M., Rogers, Z.S., Schuiteman, A., Schwartsburd, P., Scotland, R.W., Simmons, M.P., Simpson, D.A., Stevens, P., Sundue, M., Testo, W., Trias-Blasi, A., Turner, I., Utteridge, T., Walsingham, L., Webber, B.L., Wei, R., Weiblen, G.D., Weigend, M., Weston, P., De Wilde, W., Wilkie, P., Wilmot-Dear, C.M., Wilson, H.P., Wood, J.R.I., Zhang, L.B. & Van Welzen, P.C. (2020). New Guinea has the world’s richest island flora. Nature 584: 579–583.

De Vogel, E.F., Vermeulen, J.J., & Schuiteman, A. (2022). Orchids of New Guinea. URL: www.orchidsnewguinea.com (accessed 1 December 2022)

Heatubun, C.D., Zona, S., & Baker, W.J. (2014). Three new genera of arecoid palm (Arecaceae) from eastern Malesia. Kew Bulletin 69: 9525. DOI 10.1007/512225-014-9525-X.

Saputra, R., Schuiteman, A., Metusala, D., Heatubun, C.D. (2023). Bulbophyllum whitteniorum (Orchidaceae), a New Species of Section Schistopetalum from a Karst Region in the Bird’s Head Peninsula, Indonesian New Guinea. Malesian Orchid Journal 26: 37–42.

Schlechter, R. (1913). Die Orchidaceen von Deutsch-Neu-Guinea. Repertorium Specierum Novarum Regni Vegetabilis Beihefte 1: I–LXVI + 1–1079.

Vermeulen, J.J., Fischer, G., De Camargo Smidt, E., Stern, W.L., Pridgeon, A.M., Veitch, N.C., Sieder, A., Vugt, R. van & Gravendeel, B. (2014). Bulbophyllum. In: Pridgeon, A.M., Cribb, P.J., Chase, M.W. & Rasmussen, F.N. (Eds.), Genera orchidacearum Volume 6, Epidendroideae part 3. Oxford University Press, Oxford, pp. 4–51.