Budidaya Lebah Trigona: Merawat Peradaban Menjaga Alam Sorong
Dalam Rangka Menyambut Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2020, Balai Besar KSDA Papua Barat melakukan panen madu Lebah Trigona (Tetragonula biroi) hasil budidaya Kelompok Tani Hutan (KTH) Matoa. Kegiatan panen ini merupakan kegiatan pemanenan yang pertama setelah satu bulan stup kotak sarang lebah madu dirawat oleh masyarakat KTH Matoa. Pada tahun ini, tema Hari Konservasi Alam Nasional yaitu “Nagara Rimba Nusa: Merawat Peradaban Menjaga Alam”. Tema tersebut sangat sesuai dengan kegiatan Balai Besar KSDA Papua Barat terkait pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Sorong, yaitu Budidaya Lebah Trigona. Kegiatan Lebah Trigona ini sebagai salah satu kampanye nyata dalam mengajak masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.
Lebah Trigona atau Tetragonula biroi (Friese, 1898) merupakan lebah tanpa sengat (Stingless Bee) dengan cara hidup yang tidak hanya bergantung pada pollen bunga seperti lebah madu jenis lainnya. Dari cara hidup yang unik ini, Lebah Trigona dapat dikembangbiakkan dimana saja dan relatif mudah. Selain itu Lebah Trigona tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah perkotaan dengan syarat terdapat sumber resin atau getah dari pohon sekitar. Hal tersebut diperlukan Lebah Trigona untuk menghasilkan propolis pada sarangnya. Pohon jenis Aghatis spp. masih menjadi salah satu sumber resin primadona dengan jumlah yang sangat melimpah, hal ini merupakan potensi luar biasa yang tersedia di Taman Wisata Alam Sorong.
Poin pertama dan utama dalam “10 Cara Baru Kelola Kawasan Konservasi di Indonesia”, yang dicetuskan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Wiratno adalah “Menjadikan Masyarakat Sebagai Subyek Pengelolaan”. Paradigma baru yang perlu dikembangkan dalam mengelola kawasan konservasi adalah dengan merangkul dan menjadikan masayarakat sebagai subyek utama dalam melakaukan pengelolaan kawasan. Agar diharapkan masyarakat dapat secara sadar dan mandiri menjadi pelaksana dalam mengelola kawasan konservasi. Sehingga tujuan pengelolaan kawasan konservasi dapat tercapai, yaitu kawasan tetap lestari dan masyarakat disekitarnya mampu hidup sejahtera.
Bukti nyata upaya dalam melaksanakan poin di atas, KTH Matoa yang intens didampingi oleh Balai Besar KSDA Papua Barat telah melaksanakan budidaya Lebah Trigona. Sebanyak 8 koloni berhasil dibudidayakan dalam satu bulan. Papua Barat khususnya di Kota Sorong belum banyak mengenal dan membudidayakan lebah jenis Tetragonula biroi ini. Masyarakat kampung yang mengetahui manfaat dari lebah ini sesekali memanfaatkan madunya jika secara kebetulan menemukan sarangnya di alam. Namun masyarakat tidak membudidayakan lebah T. biroi tersebut. Hal demikian dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat terkait potensi si hitam cilik penghasil rupiah ini.
Pada hari selasa tanggal 21 Juli 2020, KTH Matoa melakukan pemanenan madu, propolis, bee pollen, serta pemindahan Tetragonula biroi, yaitu dengan cara membelah kotak kayu tempat lebah bersarang sementara. Setelah itu ambil koloni tawon dengan pisau lalu pindahkan ke dalam sarang baru yang berbentuk 3 susun. Telur berserta ratu ditempatkan dalam satu kotak bersama bee pollen. Pemisahan dilakukan agar saat pemanenan madu, koloni lebah tidak terganggu. Pemindahan tersebut dilakukan di pagi hari dengan tujuan agar lebah memiliki waktu untuk memperbaiki kembali struktur sarangnya. Setelah koloni dipindahkan, bee pollen dioleskan pada lubang keluar masuk lebah. Hal ini bertujuan untuk membuat lebah tertarik dan dapat cepat masuk ke dalam sarang. Kunci utama terletak pada keberadaan sang ratu, jika sang ratu lebah sudah berada di dalam sarang maka lebah lainnya akan mengikuti untuk masuk ke dalam sarang.
Lebah Trigona memiliki banyak keunggulan, antara lain yaitu memiliki asam organik, zat fitokimia dan asam glukonat yang lebih banyak dibandingkan madu lebah apis pada umumnya sehingga dipercaya lebih berkhasiat. Selain itu, lebah jenis ini menghasilkan propolis dan pollen dengan jumlah yang jauh lebih besar. Propolis atau lem lebah sendiri adalah zat resin yang dikumpulkan lebah dari sumber tumbuhan yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia sehingga memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bahkan sarang, pot madu dan pot pollennya adalah raw propolis yang memiliki harga cukup menjanjikan di pasanrya
Hasil pemanenan dari 2 stup, yakni kurang lebih terdiri dari 95% bee bread (2 Kg) dan 5% madu (10 ml). Hal ini dikarenakan belum seimbangnya komposisi pakan yang tersedia di alam. Sumber pakan utama masih didominasi oleh tumbuhan penghasil pollen. Sedangkan populasi tumbuhan sumber pakan penghasil nektar dan ekstraflora tergolong masih minim. Kedepannya, pendamping masyarakat dan KTH Matoa harus memastikan ketersediaan sumber pakan berupa tumbuhan yang menghasilkan nektar. Diharapkan usaha budidaya lebah Tetragonula biroi ini dapat menjadi alternatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan konservasi. Selain itu pada level ekosistem, Lebah Trigona memiliki peran yang sangat penting sebagai polinator alami. (DN)
#hkan2020 #harikonservasialamnasional2020 #konservasialam